Mengenai Saya

Foto saya
Informasi-Komunikasi dan Teknologi memfasilitasi kita untuk saling berbagi makna kehidupan. Pengelola dapat dihubungi melalui e-mail : darssetia@yahoo.co.id

Minggu, 28 September 2008

LEBARAN



Di hari yang fitri 1 Syawal 1429 H, perkenankan kami hadir dengan segenap kekurangan serta kekhilafan yang sengaja maupun tak sengaja diperbuat, mengucapkan
SELAMAT HARI RAYA IEDUL FITRI
Mohon maaf lahir dan bathin

Semoga kebesaran Sang Maha Rahman dan Maha Rahim melimpah pda diri kita semua, sehingga membasuh segala kekurangan dan noda kealpaan sebagai hambaNYA. Amien.

Jakarta, 1 Syawal 1429 H
Kami sekeluarga
OmSON

TUMBAL SKANDAL SUSU CHINA



Skandal Susu bubuk formula dan makanan lain yang mengadung melamin (bahan plastik?) dari China, sebenarnya sudah tercium sejak awal bulan Juli 2008 yang lalu, walaupun berita itu baru beredar secara terbatas dikalangan para agen distributor dan toko-toko penjual. Namun sekarang, di berbagai negara maju, praktis seluruh produk susu dari China yang mengandung melamin ditarik dari pasaran, juga semua produk China yang mengandung susu (es Cream, Yoghurt, Gula-gula, Biskuit) walaupun tidak mengandung melamin, terkena getahnya di tinggal konsumennya karena takut keracunan dan mati.

Di Indonesia baru hari (Jum'at 26 September 2008) Menteri Kesehatan bersama Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) mengumumkan hasil penelitiannya terhadap bahan makanan produk China yang beredar di Indonesia, dan diduga mengandung bahan berbahaya bagi kesehatan. Seperti telah diduga sebelumnya dari 19 merek makanan produk asal China yang terdaftar di BPOM (yang tidak terdaftar dan beredar di masyarakat mungkin lebih banyak lagi) ternyata 6 diantaranya mengandung bahan berbahaya melamin, yang kadarnya tergolong tinggi yaitu 8,51 mg/kg sampai 945,86mg/kg.

Wuuuuarakadaaaah…………piye to iki awake dewe diracun meneh karo tauke…alias kakak tertua…ole…ole..owe pigimana ini…”

Pengin tahu produk makanan / minuman China yang bermelamin itu? Inilah ke enam bahan makanan/minuman yang berbahaya untuk dikonsumsi (tapi berijin/berlisensi?) tersebut ; 1. Susu bubuk full cream Guozhen, 2. Oreo Stick Wafer (kemasan kardus). 3.Oreo Stick Wafer (kemasan Plastik), 4. Kembang Gula M&Ms (kemasan plastic) 5. Kembang Gula M&Ms (kemasan tube)dan 6. Biskuit Snickers.

Kronologis Kejadiannya :
Pada awal bulan Agustus 2008 yang lalu, Grup Sanlu yang berpusat di Hebei China, telah memberi tahu mitra dagangnya, Fonterra, dari Selandia Baru, bahwa produk susu bubuk mereka tercemar (sengaja dicemari “dengan tujuan untuk meninggikan kadar protein” ?, sehingga lebih menarik konsumen) dengan zat kimia melamin. Informasi rahasia itu terjadi sebelum tanggal 8-8-2008 yaitu saat Pembukaan Olimpiade Beijing yang paling spektakuler sepanjang sejarah Olimpiade di planet bumi ini.
Beberapa pekan kemudian produk susu formula bermelamin tersebut ditarik dari pasaran, kemudian diganti dengan produk susu formula baru, namun anehnya selang beberapa hari produk baru tersebut juga ditarik dari peredarannya oleh sang produsen.

Ada apakah gerangan dengan susu formula produk China ini?.
Tanda tanya besar ini memberikan kebingungan kepada para distributor susu formula dari China yang ada diberbagai negara. Baru pada tanggal 11 September 2008 yang lalu, pemerintah China mengumumkan adanya zat melamin dalam produk susu bubuk mereka, kemudian pada tanggal 19 September 2008, zat yang sama juga ditemukan pada produk susu cair , dan juga pada makanan yang menggunakan bahan baku susu, termasuk dalam hal ini adalah starbucks. Dan saat ini semua produk ini SEDANG DITARIK dari peredaran dan pasaran.

Bagaimanakah dampak negatif yang ditimbulkan oleh bahan makanan dan minuman yang ber melamin ini bagi kesehatan konsumen ?.
Dari data yang ada tercatat 6.244 bayi dipastikan ginjalnya terserang, terkait dengan susu tercemar ini, gejalanya antara lain kencing batu dan sulit kencing, muntah-muntah. Dilaporkan 4 bayi sudah meninggal dunia. Dan angka 6.244 bayi ini naik dari 1.200 bayi pada hari sebelumnya, sungguh luar biasa. Menteri kesehatan China sendiri mengatakan, lebih dari 1.300 bayi kini dirawat di rumah sakit karena meminum susu tercemar tersebut, dan sekitar 158 bayi terkena gagal ginjal akut. Kemungkinan jumlah ini akan tersu meningkat seiring dengan semakin banyaknya orang tua yang memeriksakan bayinya ke rumah sakit.

Pertanyaannya sekarang, mengapa kasus ini terungkap ke publik baru pada tanggal 11 September 2008? Padahal kasus ini sudah terdeteksi sejak awal Juli 2008 dan sudah dilaporkan secara resmi kepada Fonterra dari Selandia Baru pada awal Agustus 2008. Coba kita prediksi seandainya kasus ini diungkap pada awal bulan Agustus 2008 sebelum dimulainya Olimpiade Beijing bergulir. Disana ada 10.500 atlit dari sekitar 200 negara yang tampil diberbagai event termasuk atlet Bulu tangkis dan angkat besi kita yang meraih medali emas, perak serta perunggu.. Belum lagi banyaknya penggembira termasuk para wisatawan yang datang untuk melihat langsung peristiwa bersejarah Olimpiade Beijing. Ternyata sajian makanan dan minuman dengan bahan baku susu yang mengandung melamin itu, tentu tidak pernah dilewatkan dari dalam kandungan menu yang disajikan buat para atlit dan para turis termasuk tamu-tamu Negara yang security-nya belum memperoleh bocoran info rahasia disana. Bisa dibayangkan betapa akan terjadi hispanik (kepanikan massal) di area Olimpiade Beijing seandainya hal ini diungkap ke publik saat berlangsungnya Olimpiade Beijing.

Ironi memang, akhirnya 6.200 bayi menjadi korban kasus susu tercemar melamin tersebut, demi suksesnyan pesta olahraga empat tahunan yang berharga milyaran dolar tersebut. Dan ini dipandang lebih berharga daripada nyawa manusia yang menjadi korbannya. Olimpiade yang terhebat disepanjang sejarah dengan korban nyawa manusia yang terbesar di sepanjang sejarah pula. Tumbal penyelenggaraan hajat tingkat dunia ternyata menuntut nyawa manusia yang juga spektakuler banyaknya. Mungkin akan berbeda kejadiannya, kalau saja hasil temuan kandungan melamin di dalam susu produk China tersebut dipublikasikan kepada konsumen sejak awal bulan Juli 2008, sehingga susu yang tercemar tersebut bisa segera ditarik dari peredaran, dan tidak begitu besar menimbulkan korban nyawa manusia.
Beberapa wartawan media internasional menganalisa permasalahan produk susu China yang tercemar ini memperlihatkan pengawasan kualitas produk yang lemah, media setempat menuduh para pejabat yang korup sebagai penyebab produk yang ada tidak diawasi secara maksimal, dan dibiarkan begitu saja ke pasar. Dan yang lebih mengerikan produk-produk tersebut diekspor ke negara lain karena harganya yang lebih murah.
Sebelum kejadian ini, sebenarnya sudah banyak cerita tentang jeleknya kualitas produk dari negara tirai bamboo (China) tersebut. Ingat saja bahwa pada tahun 2004, lebih dari 200 bayi di China menderita kekurangan gizi karena penggunaan formula yang keliru, sekitar 13 bayi meninggal pada saat itu.
Kemudian ada ribuan anjing dan kucing sakit dan lebih dari 200 lainnya mati di AS pada tahun 2007, rupanya dalam makanan hewan tersebut tercemar melamin, lebih dari 100 produk makanan hewan dari China ditarik dari peredaran.

Di Republik Dominika, dua merek pasta gigi asal China dilarang beredar pada Mei 2007, karena mengandung zat kimia mematikan. Pasta gigi ini juga diduga sebagai dalang dibalik kematian 100 orang di Panama karena keracunan massal pada tahun 2006.
Last but not least, di Indonesia, hari Jum’at tanggal 26 September 2008, diumumkan oleh Menkes dan BPOM adanya produk makanan/minuman yang mengandung melamin berasal dari China, beredar di Indonesia, dinyatakan berbahaya bagi kesehatan konsumennya. Kepala BPOM menduga adanya peredaran gelap alias illegal dari susu bubuk full cream Guozhen melalui system pemasaran berantai (Multilevel Marketing/MLM). Susu berbahaya tersebut diproduksi oleh YANTAI NEW ERA HEALTH di CHINA. Berbagai produk makanan dari China yang beredar di pasaran Indonesia dan tidak berlisensi BPOM ternyata ada yang mengandung susu dengan bahan berbahaya melamin , seperti Kembang gula White Rabbit(kemasan merah), Kembang gula White Rabbit (kemasan biru), Soiben Drink With Milk (kemasan kuning), Soiben Drink With Milk (kemasan hijau), Soispring Instant Milk Cereal dan Soysprinng Instant Peanut Milk.
Keenam produk tersebut sejak tangal 26 September 2008 dilarang dijual dan harus ditarik dari peredaran. Bagi yang masih nekat menjual dinyatakan telah melanggar UU No 23/1992 tentang Kesehatan serta UU No 7/1996 tentang Pangan serta UU No 8/1999 tentang Perlindngan Konsumen, dengan ancaman hukuman penjara sampai 5 tahuan atau denda pidana sebesar 2 milyar rupiah.
Ancamannya sih OK saja dan mari kita dukung bersama, tapi bagaimana ceriteranya PRODUK ILEGAL (tanpa ijin/lisensi BPOM) dan BERBAHAYA tersebut bisa beredar bebas di pasaran Indonesia ??. Dan masih berapa banyak lagikah produk makanan/minuman yang tidak terdaftar di BPOM yang ternyata (kelak setelah ada korban) baru dinyatakan berbahaya dan illegal?, serta rame-rame kita ancam hukuman lagi ?. Bukankah ada pekerjaan rutin yang bersifat prevensi pada Badan yang bertugas Mengawasi Obat dan Makanan yaitu BPOM?.
Atau mari kita maklumi saja bahwa memang masih pinteran malingnya (para importir besar) dibanding seluruh aparat pengawasan kita termasuk Bea Cukai dan BPOM, sehingga bisa kebobolan dan kebobolan lagi.

Apakah melamin itu sebenarnya?,
Melamin adalah senyawa nitrogen yang mengandung bahan kimia yang digunakan sebagai bahan perekat, bahan untuk produk tahan api, polimer, dan pupuk di beberapa negara. Ketika senyawa ini dicerna dalam tubuh, metabolisme menghasilkan ammonia yang dapat menyebabkan kegagalan ginjal. Penggunaan melamin pada produk makanan membuat kadar protein menjadi terlihat tinggi pada saat pengujian.

Kalau jujur, sebenarnya sudah lama kita tahu cara berdagang “mereka-mereka” yang menghalalkan segala cara untuk mengeruk keuntungan sebesar-besar-nya. Dan di sisi lain kita-kita juga yang jadi korban dimakan oleh naga mereka, yang menurutnya “itung-itung jadi tumbal hajat besarnya”!. .

Waaah ciloko tenan awake dewe iki…… dianggep tumbal !!!. Huss kuwalat karo makcopone lho, sembarangan…ngomong….???.
.
Sumber : Reuters,Sindo

Jumat, 05 September 2008

HAKEKAT MANUSIA (1)

Ada tiga kata yang digunakan Al Qur’an dalam menunjukkan identitas manusia, yaitu insan, basyar dan bani Adam.
Basyar merupakan sebutan yang lebih banyak mencacu pada pengertian manusia dari segi fisik dan nalurinya yang berbeda dengan makhluk lain. Sementara Insan menunjukkan manusia lebih pada seluruh totalitas jiwa dan raga yang terus berproses (human being), sehingga terjadi perbedaan manusia yang satu dengan yang lain karena adanya interaksi di dalam proses menjadi “manusia” berdasar bawaan fisik, mental serta kecerdasannya masing-masing. Sedangkan istilah bani Adam lebih menunjukkan pada “manusia” sebagai makhluk sosial yang selain memiliki kecerdasan sosial juga memiliki kepekaan sosial sehingga mampu melakukan kesalehan sosial.

Konsep tentang “manusia” di dalam Islam diungkapkan Allah s.w.t di dalam Al Qur’an (Al-Mukminun 23: 12-14) ; manusia diciptakan Allah dari saripati tanah yang dijadikan sperma (nuthfah) dan disimpan di tempat yang kokoh. Kemudian nuthfah itu dijadikan segumpal darah. Segumpal darah dijadikan segumpal daging. Lalu dari segumpal daging dijadikan pula tulang. Tulang kemudian dibalut dengan daging kemudian dijadikan Allah sebagai makhluk.
Dalam surat As`Sajadah (32: 7-9), ditegaskan pula bahwa setelah kejadian manusia di dalam kandungan sang ibu mengambil bentuk, ditiupkan roh oleh Allah ke dalam tubuhnya, dan dijadikan pendengarannya, penglihatan serta perasaannya.

Proses perkembangan embryologis di dalam rahim seorang ibu, begitu jelas digambarkan oleh Al Qur’an, kecuali “roh”.
Di dalam tubuh manusia dijelaskan adanya dua unsur yang menyatu yaitu unsur materi yang tidak lain adalah tubuh dengan daya fisik yang dapat mengekspresikan seluruh panca indera, serta unsur immateri yang mewujud sebagai roh dengan ekspresi dua daya yaitu akal-fikiran yang berpusat di otak dan , “rasa” yang berpusat di hati/qolbu bahkan juga nafsu.
Lebih jauh tentang “roh”, sebenarnya ada keyakinan bahwa Allah telah membimbingnya dengan perintah kebaikan serta larangan untuk berbuat munkar (amar ma’ruf nahi munkar). Namun akal fikiran manusia serta nafsunya memang diberi kebebasan untuk memilihnya. Dan konsep pembebasan inilah yang disebut sebagai hak demokrasi paling azasi yang diberikan Allah kepada hamba ciptaanNya (jadi Allah memang Maha Demokratis). Roh dari sisi hati/qolbu sebenarnya begitu dominan di dalam mengambil inisiatif bahkan nyaris berperan sebagai komandan di dalam seluruh aktivitas kehidupan seseorang, manakala diberi peluang dan kesempatan untuk itu. Hanya sayang seringkali nafsu meringkusnya dengan garang bahkan melakukan “kudeta” sehingga hasil eksekusinya berupa kemunkaran !.
Dialog antara qolbu dan nafsu inilah yang sebenarnya merupakan esensi dari skenario sandiwara kehidupan manusia, seperti halnya sebuah lirik lagu rock yang pernah dinyanyikan Ahmad Albar “dunia ini panggung sandiwara……”.
Roh bukanlah “jism” (jasad) dan bukan pula arold (tubuh), karena keberadaan roh tidak melekat atau bergantung pada sesuatu atau organ manapun di dalam tubuh manusia. Roh adalah jauhar (substansi) yang wujud (ada) serta mandiri akan tetapi tidak mewujud (tertangkap pancainderawi).
Bahkan Ibnu Qoyyim menyatakan, roh adalah jism yang tak dapat diraba karena “dia” adalah jism nurani yang lembut, ringan dan tinggi sehingga mampu menembus seluruh lerung setiap anggota tubuh kita.

Berkas roh” telah menjalinkan dirinya di dalam tenunan fisik tubuh seseorang dan secara pasti meninggalkan jejak “kehendak yang dilakukan setiap manusia”. Manakala tubuh ini sakit, rusak ataupun tidak lagi mampu menerima kehadirannya, maka “roh” akan pergi meninggalkan ragawi ke alam berikutnya yaitu alam arwah. Roh yang tidak lagi menyatu dan hilang dari tubuh kita itu disebut dengan nafs.
Memang roh adalah substansi di dalam tubuh, namun bukan unsur materi, sehingga kepergiannya dari tubuh kita dapat menimbulkan rasa sakit yang luar biasa, namun kita tak dapat memegangnya, tak dapat mencegahnya.
Itulah misteri besar dari hakekat keberadaan manusia dengan segenap esensi kemanusiaan-nya, yang tetap harus tunduk pada sunatullah yang telah menetapkan waktu untuk mengambil kembali milikNya dari badan kita yaitu “roh”.
.
.
Tulisan di atas tidak terlepas dari kontribusi sumber :mengenal islam, Jamal Syarief Iberani, el Kahfi, 2004.
Cijantung tiga, bakda subuh 5 September 2008 (hari kelima Ramadhan 1428 H). Darsana Setiawan.

Selasa, 02 September 2008

TREND PERKEMBANGAN GENDER

Di dalam kitab hadis Shahih Muslim tentang rodlo’ah (terjemahan H.Rais Lathief dan H.A Razak, cetakan khusus Agustus 2003, halaman 531) diriwayatkan adanya hak istimewa bagi seorang hamba sahaya yang bernama Salim.

Dari Aisyah r.a. katanya “Salim, seorang sahayan Abu Huzaifah yang telah dibebaskannya tetapi masih tetap tinggal di rumahnya”. Hal itu oleh istri Abu Huzaifah disampaikan kepada Rasulullah s.a.w. dengan berkata “Salim, sekarang telah dewasa dan telah berfikir seperti orang dewasa lainnya, tetapi dia masih bercampur dengan kami, dan hal ini mungkin menyebabkan hati suami saya (Abu Huzaifah) kurang senang”.
Kemudian berkata Rasulullah s.a.w. kepada wanita itu “Susukan*, untuk menjadikannya mahrammu, dan dengan itu kelak perasaan kurang senang dari Abu Huzaifah akan hilang !”.Setelah beberapa lama, wanita itu datang lagi kepada Rasulullah s.a.w. seraya berkata, “Salim telah saya susukan, dan perasaan kurang senang telah hilang dari hati Abu Huzaifah”.

Berkata Imam Nawawi, Yang dimaksudkan dengan menyusukan* disini ada dua kemungkinan yaitu:
1. Perempuan itu memerah susunya lalu diberikannya kepada Salim.
2. Salim disusukannya seperti menyusukan bayi, tetapi alim ulama berkata, “Kejadian itu hanya istimewa bagi Salim saja, dan tidak boleh ditiru oleh orang lain lagi, kepada siapapun juga”.
Saya tidak ingin memberikan komentar terhadap hak istimewa Salim, karena Salim sendiri (mungkin) tidak pernah bermimpi dan berminat seperti yang dilakukan istri Abu Huzaifah menyusui dirinya yang hanya hamba sahaya.
Stop disini ya, “inga-inga” sekarang bulan Ramadhan, puasa khan?.

Nah sekarang ada analisa yang hebat dari seorang internasonalist bestelling author yaitu Michael Backman dalam buku terbarunya ASIA FUTURE SHOCK, ( Ufuk Press, 2008 ) tentang makin merendahnya jumlah populasi kaum perempuan dibanding kaum pria, bahkan di tahun 2030 jumlah pria di India dan China diperkirakan 250 juta jiwa lebih banyak dibanding perempuan.
Di beberapa wilayah Asia tak lama lagi akan menghadapi ketimpangan gender yang sangat serius, daripada yang pernah dihadapi di manapun sepanjang sejarah umat manusia. Di Korea Selatan hal ini malah terjadi lebih serius, karena dari jumlah kelahiran 1000 bayi perempuan, ternyata diimbangi dengan lahirnya 1.108 bayi laki-laki. Dampaknya di Korea Selatan sudah lumrah adanya Makelar pernikahan yang menawarkan untuk mencarikan istri bagi pria Korea Selatan yang mencari istri di luar orang Korea (karena nggak kebagian perempuan Korea). Angka fantastis dari perkawinan pria Korea Selatan ternyata 14% nya menikah dengan perempuan non Korea (perempuan dari Vietnam, Kamboja, Filipina, Mongolia, Thailand dan Uzbekistan).
Bahkan Korean Consumer Protection Board memperkirakan ada 2000 sampai 3000 agensi yang mengiklankan layanan jasa perusahaan yang membantu pengaturan pernikahan pria Korea dengan perempuan asing yang diminatinya atau mungkin dicarinya (semacam biro jodoh).
Naah surplus pria telah terjadi, terutama di India, China, Korea Selatan dan Jepang, sementara di Indonesia angka statistiknya tidak begitu jelas (atau mungkin memang diciptakan seperti itu untuk kepentingan tertentu) seperti dominasi Tenaga Kerja Indonesia di sector rumah tangga masih ada di pihak perempuan, sementara Komisi Pemilihan Umum (KPU) terus mempertanyakan alokasi minimal kaum perempuan dari daftar calon anggota legislative yang diajukan setiap partai politik ternyata banyak yang belum memenuhi kuota.
Tentu kita tidak ingin terjadi kebijakan konvensional terulang lagi, seperti cara untuk mengurangi jumlah populasi pria dengan memperbesar jumlah angkatan bersenjata (untuk mati dalam perang yang tidak jelas juntrungannya seperti Perang Vietnam dan Perang Irak” ??) atau mungkin seperti China yang melibatkan banyak kaum pekerja prianya ke dalam realisasi industri kerjasamanya di luar China, terutama di Afrika?. Sementara wilayah Eropa juga sudah mulai dijamah oleh imigran gelap pria China yang berprofesi sebagai penjual DVD (blue-ray?) bajakan di seantero lorong kota-kota mereka. Sekolah-sekolah internasional di beberapa Negara Asia seperti di Indonesia, Thailand dan Malaysia sendiri, sudah mulai di masuki para guru-guru pria dari India yang memang memilki keunggulan kompetensi terutama dari sisi bahasa Inggris dan penguasaan ICT (Information Communication and Technology).
Kondisi ini paradoks dengan kejadian masa lalu yang mengimpor Puteri Champa (dari Kamboja/China?) untuk dijadikan istri raja Majapahit, karena dominasi akuntabilitas kaum pria kita di masa itu, sehingga hal ini ditiru pula oleh pelukis ternama yang saya kagumi yaitu Basuki Abdullah yang memperistri perempuan (dari kalangan dalam kerajaan Thailand) sebagai permaisuri beliau, atau Salim seorang pelukis Indonesia yang tinggal di Paris dan sudah berusia 100 tahun (per tanggal 2 September 2008 hari ini) sungguh misterius hal-ichwal tentang perempuan yang diperistri untuk mendampingi sisa hidupnya. Namun saya kembali meminta anda untuk tidak lagi mengusik keistimewaan Salim yang diriwayatkan Aisyah r.a. di dalam hadist di awal tulisan ini, walaupun trend jumlah populasi perempuan saat ini memang lagi menurun, sehingga hukum ekonomi pasar mengatakan “harga”/”penilaian” nya menjadi tinggi.
Sungguh kita syukuri saja sebagai laki-laki atau perempuan kita ini diciptakan, sehingga tidak perlu menciptakan kaumnya nabi Luth (baru), yang dimurkai Allah s.w.t.
Selamat menjalankan ibadah puasa.

Cijantung tiga, hari kedua Ramadhan 1428 H bertepatan dengan tanggal 2 September 2008. omSON.

Jumat, 15 Agustus 2008

AYAT PENDIDIKAN



Hari ini saat saya menulis artikel, adalah hari Jum’at tanggal 15 Agustus 2008, yang memiliki kesamaan dengan hari Jum’at bulan Agustus tahun 1945. Hanya saat itu jatuh pada tanggal 17 dan berada di bulan Ramadhan, sebagai tanggal dan bulan yang dipilihkan Allah SWT untuk bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Semuanya bukan kebetulan, karena segala peristiwa yang terjadi tidak pernah luput dari ketentuan Allah SWT sebagai Sang Maha Perencana serta Maha Penentu.
Saat Rosul Allah yang terakhir (Muhammad SAW) menjadi magnet penarik minat untuk ditiru dan diteladani perilaku serta kepribadiannya oleh bangsa Arab di era Jahiliah, muncullah rasa kekaguman di kalangan para sahabat Rosul melalui pertanyaan Abu Bakar “dari manakah pendidikan tentang perangai yang mengagumkan itu diperoleh?”.
Jawaban Muhammad Rosulullah adalah “Allah telah mendidikku, dan itulah sebaik-baiknya pendidikan”. Oleh karena itu seyogyanya lembaga dan system pendidikan yang ingin menggapai “akhlakul karimah” seperti Muhammad Rosulullah, selayaknya menggunakan dan mengikuti cara-cara yang telah diwahyukan Allah serta dijalani oleh rosulNya. Apalagi lembaga pendidikan itu berbasis agama Islam.

Lalu apa hubungannya dengan Ramadhan sebagai bulan diwajibkannya setiap muslim/muslimah menjalankan puasa?. “Shaum” atau puasa pertama kali diwajibkan saat satu setengah tahun setelah hijrah Rosulullah ke Madinah dan jatuh pada bulan Ramadhan. Sehingga mulai saat itulah puasa selama satu bulan di bulan Ramadhan, menjadi rukun Islam yang ke 3 dan berimplikasi wajib hukumnya bagi setiap pemeluk agama Islam. Makna Shaum itu sendiri adalah “pengendalian diri” terhadap tuntutan nafsu duniawi (makan, minum serta kebutuhan seks suami- istri). Pengendalian diri selama bulan Ramadhan dibutuhkan oleh setiap orang, untuk melakukan refleksi terhadap seluruh langkah kebijakan yang telah dilakoninya selama satu tahun ke belakang.
Hasil analisa terhadap aktivitas diri di masa lalu, diharapkankan mampu menghasilkan sebuah pengambilan keputusan “langkah baru” untuk melanjutkan kebijakan yang sudah baik dan sukses di masa lalu, atau merevisi total kebijakan yang dianggap keliru dan tidak ingin diulang dimasa datang.
Dalam renungan diri di bulan Ramadhan, dibutuhkan suasana bathin yang “hening” serta “peka” terhadap persinggungan dengan masalah duniawi yang didominasi oleh nafsu badaniyah (makan, minum serta kebutuhan seks suami- istri), sampai masanya tiba di tanggal 1 Syawal sebagai tanda awal kemenangan bagi setiap hamba Tuhan dalam melakoni “pengendalian dirinya”. Itu pula sebabnya tanggal 1 Syawal sering disebut sebagai hari Iedul Fitri atau hari kelahiran kembali ide,gagasan, niatan serta kemauan diri untuk melangkah serta menapaki jalan baru kehidupan duniawi serta uchrowinya. Allah SWT menetapkan puasa kepada umat muslim dan umat-umat sebelumnya untuk berlaku jujur (baik terhadap diri sendiri apalagi terhadap orang lain), karena ibadah puasa merupakan ibadah non fisik, yang tidurnya seorang hamba saja sudah diperhitungkan akan memperoleh pahala, karena dengan tidur di saat menjalani puasa, berarti menghindar dari perbuatan dosa. Sejelek apapun mimpi seseorang yang tidur, tidak akan membawa dosa dan perbuatan terlarang pada dirinya. Saat seorang hamba berpuasa dirinya mampu menahan diri dari seluruh perbuatan yang dapat membatalkan puasanya, walaupun tidak seorangpun melihatnya, namun keyakinannya tetap kokoh bahwa Allah tetap melihat dan mengetahui segenap gerak langkahnya, bahkan sampai pada detak fikirannya.
Namun berpuasa dan tetap bekerja, juga bukanlah sesuatu yang diharamkan, selama dalam menjalani puasa tersebut seorang hamba tetap melakukan pengendalian diri untuk tidak membatalkan puasanya. Justru di dalam kondisi seperti itulah seorang hamba sedang melaksanakan ujian untuk mempertahankan keyakinan keimanannya kepada Allah SWT. Itu pula sebabnya Allah berfirman bahwa “ ibadah puasa di bulan Ramadhan hanya diperuntukkan bagi hambaNya yang bertaqwa”. Dan itulah misteri dibalik tujuan ibadah puasa di bulan Ramadhan, sehingga Allah menghiasinya dengan peristiwa Nuzulul Qur’an (malam diturunkannya Al Qur’an) sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan.
Selamat menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan, sebagai medium pendidikan dan pembelajaran pribadi.....semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita, amien.

Senin, 04 Agustus 2008

WAJAH CERIA DUA BERSAUDARA PENGELOLA BLOG


Rabu, 30 Juli 2008 peristiwa bertemunya dua saudara pengelola blog ini http://www.omson.blogspot.com/ dengan Mas Mohtar Basuki http://sekarbawono.blogspot.com/ di Surabaya.

Sabtu, 12 Juli 2008

IMAN


Sabtu pagi, acara rutin bersama pak Ustadz dihadiri cukup banyak warga jamaah subuh keliling Cijantung, Kalisari, Baru dan Pekayon. Topik sajian yang disampaikan pak Ustadz kali ini cukup menarik, menyangkut masalah iman.

Menurut pak Ustadz keberagamaan seseorang bisa melewati tiga cara, yang pertama melewati pikirannya (kognisi) sehingga segala sesuatu tentang ajaran agama akan dilogikakan seperti tuntutan pikiran atau kaidah metode ilmiah yang difahaminya. Yang kedua, melewati aspek pelaksanaan ragawinya (psikomotorik) sehingga lebih mementingkan bagaimana realisasi pelaksanaan ibadah secara kasat mata. Pola aktivitasnya mendahulukan perilaku kinestetik dan pertimbangan kaidahnya menjadi urusan belakang. Yang ketiga adalah melaksanakan perintah agama dengan keyakinannya (afeksi), sehingga seluruh aktivitas keberagamaannya didasari oleh nilai bathiniyah yang menghamba hanya kepada Allah semata. Tentu saja langkah ketiga ini hanya dapat dilaksanakan setelah seseorang mengetahui, mengerti dan memahami esensi dari kaidah agama yang diyakini.

Iman dari sisi etimologi-nya berakar dari kata aman, sehingga manakala seseorang benar-benar beriman kepada yang diimaninya, maka dirinya akan merasa aman (dan tenteram) . Demikian pula manakala seorang hamba Tuhan beriman kepada Allah Yang Maha Kuasa, maka saat dirinya berbuat "makruf" dengan mengikuti seluruh perintah dari Allah SWT (yang dia imani), tak akan sedikitpun dirinya merasa takut kepada yang lain. Bukankah yang diimani adalah Yang Maha Kuasa untuk mengatur segalanya dengan rahman dan rahimNYA?.
Demikian pula sebaliknya, manakala diri seorang hamba akan melakukan ke"munkar"an dengan melanggar perintah Allah, maka seluruh pertimbangan akal pikirannya (kognisi)nya akan berusaha menganalisis serta mencocokkan dengan kata hati (qolbu)nya, sehingga hasil akhir yang akan dilaksanakan sebagai aktivitas psikomotor merupakan hasil pengambilan keputusan berdasar sintesis dan evaluasi ketiga (aspek kognisi, afeksi dan psikomotori) nya.

Begitu indahnya sistem pengambilan keputusan yang diberikan Allah SWT kepada kita, sehingga hambaNya dapat secara bebas (demokratis) menyusun variabel dari sub sistem yang membangun pikirannya, guna menarik kesimpulan dari setiap penelitian (pemecahan masalah) yang dihadapinya.
Hanya orang yang ber"iman" saja yang mampu melakukan seutuhnya perintah Allah dan menghindari seluruh larangan Allah (amar makruf nahi munkar). Sayang tidak banyak diantara kita yang memahami hal ini, sehingga nikmat Allah yang begitu besar (berupa iman), tidak mampu ditangkap dengan segenap kemampuan indrawinya. Ibarat seekor kambing yang hanya mampu menangkap kenikmatan sekeranjang rumput, namun tetap mengabaikan sebongkah intan berlian yang ada di samping keranjang rumput.
Allah Maha Besar, dan hanya Allah yang Maha Mengetahui tentang hambaNYA.
Namun tetap lebih baik kita selalu bermohon melalui segenap "doa", agar akhir hidup kita kelak berada dalam keadaan Chusnul Chotimah karena berpegang teguh pada keimanan. Amien.

catatan : anak bungsu saya bernama Iman Akbar, suatu doa Saya kepada Yang Maha Pengasih dan Penyayang agar kelak setelah dewasa iman anak saya kokoh,kuat dan tidak tergoyahkan oleh perubahan yang menggoda keyakinannya.

Minggu, 06 Juli 2008

TAMAN SISWA


Pada saat saya membuka lembaran Harian Kompas edisi Sabtu 5 Juli 2008, ada dua kebetulan dari peristiwa sejarah pendidikan saya yang kembali bangkit dari memori di dalam fikiran.
Pertama adalah berita Seni Pentas di dalam judul besar teropong, yang diawali dengan sepenggal Ketawang SOYUNG
Ana tangis layung-layung
Tangise wong wedi mati
Gedongana, kuncenana
Wong mati mongso wurungo

Tembang itu pernah saya terima dari pembelajaran Sastra Jawa saat saya duduk di bangku kelas IV Sekolah Rakyat Taman Muda Taman Siswa, Jalan Monginsidi Ngadisimo Kediri. Bapak Slamet (almarhum) mengajarkan tembang SOYUNG tersebut sambil membekali para siswanya dengan suatu filsafat kehidupan yang ternyata hampir setengah abad kemudian, baru saya rasakan begitu dalam esensinya.
Tembang kematian tersebut mengingatkan semua hamba Tuhan, akan takdir kehidupan yang akan sampai pada saat "datang menghadap" (marak sowan)kepada Sang Empunya kehidupan itu senfiri yaitu Allah SWT.
Dan indahnya, tembang kematian SOYUNG secara lugas mengingatkan bahwa "sang waktu"pun ternyata tunduk dan patuh pada pemilik waktu itu sendiri yaitu Tuhan Yang Maha Kuasa, sehingga tidak memberikan peluang waktu sedetikpun saat Sang Malaikat Maut menjemput hamba Tuhan Yang dicintaiNya untuk datang menghadap.
Sekuat apapun seorang hamba, seberapapun kaya harta yang dimiliki, dan sengotot apapun keinginannya untuk mempertahankan "nyawa" yang terbenam di dalam dirinya, (bahkan digambarkan sebagai upaya sembunyi di dalam gedung yang dikunci rapat-rapat sekalipun) maka ketentuan Illahi tentang "ajal" tak akan pernah bergeser sedikitpun.

Pembelajaran tentang datangnya kematian tersebut sekaligus mengajarkan tentang upaya mengisi kehidupan sebagai bekal datangnya kematian.
Semangat kehidupan itulah yang menjadi slice kedua tulisan ini, untuk menanggapi berita pendidikan di harian Kompas edisi Sabtu 5 Juli 2008 tepatnya pada halaman 12, dengan judul "Perguruan TamanSiswa Terancam Runtuh".
Dari tahun ke tahun, Perguruan TamanSiswa terus mengalami kemunduran dari segi peminat dan peran. Tanpa ada upaya perbaikan dan perubahan, TamanSiswa diperkirakan akan collapse dalam lima tahun mendatang. Kini TamanSiswa tidak lagi dianggap sebagai sekolah berkualitas dan suara TamanSiswa juga sudah tidak diperhitungkan lagi oleh para penentu kebijakan pendidikan nasional.
Darmaningtyas dalam sarasehan tentang peran TamanSiswa tanggal 4 Juli 2008 di Yogyakarta mengatakan bahwa "manajemen Taman Siswa sudah tidak lagi mampu mengimbangi perkembangan sekolah negeri dan swasta lain yang terus membaik", sehingga disarankan kepada pengelola TamanSiswa untuk segera mengejar target kuantitas dulu baru kualitas.

Dalam beberapa kali pertemuan saya dengan para petinggi TamanSiswa (Majelis Luhur)seperti Ki Supriyoko, saya masih merasakan adanya getaran semangat yang luar biasa dalam gelaran mengIndonesiakan Pendidikan di tanah air, baik melalui aktivitas formal bersama program-program Depdiknas, maupun penuangan ide di dalam perwujudan produk-produk BSNP sebagai arah kebijakan mutu pendidikan kita ke depan.
Sebagai salah satu dari alumni TamanSiswa saya merasakan adanya kelahiran kembali ("re-born") nilai serta kaidah pendidikan TamanSiswa ke dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) maupun Kurikulum 2006 BSNP (yang sebenarnya adalah KBK juga). Saat proses layanan pendidikan di sekolah mengimplementasikan tiga aspek belajar (kognitif, afektif dan psikomotik) secara berimbang, maka segenap aspek kehidupan kemanusiaan peserta didik kita memperoleh sentuhan kepekaan, sehingga mampu berkembang sesuai dengan tingkat potensi bawaannya. Inilah implementasi Kurikulum Sekolah yang pernah saya terima selama belajar di Taman Indriya dan Taman Muda pada Perguruan TamanSiswa.
Di era awal tahun enampuluhan, Perguruan TamanSiswa begitu eksis menebarkan pendidikan humanisme sehingga setiap akhir semester atau kwartal saat penerimaan rapor kepada para orang tua siswa, selalu dibarengi dengan "Open-house sekolah". Dalam acara itulah para orang tua mengetahui secara persis kompetensi putra-putrinya dalam bentuk pameran karya siswa serta berbagai pentas seni (musik,tari, lukis, kriya, kerajinan tangan, dll).
Sayang peluang untuk melahirkan kembali nilai-nilai pendidikan kemanusiaan yang menjunjung tinggi esensi demokratisasi saat ini, tidak menjadi prioritas utama (bagi keluarga besar Tamansiswa) untuk ditegakkan kembali melalui penerapan kurikulum sekolah (KBK/2006BSNP). Paling tidak penerapan kurikulum di jenjang SMP saat ini perlu dikritisi, karena diinstruksikan kepada para guru untuk tidak lagi perlu memberikan fokus perhatian terhadap aktivitas dari setiap aspek afeksi dan psikomotorik (dengan cara merata-rata 3 aspek nilai) sehingga cukup satu nilai saja yang diperlukan dalam penentuan keberhasilan belajar (kenaikan kelas) . dampak kebijakan ini akan menyebabkan dominasi nilai kognitif (kecerdasan otak kiri)sebagai satu-satunya hasil belajar yang memperoleh pengakuan dari sekolah, seperti halnya aturan main di dalam kurikulum 1994. Hendaknya perlu diketahui bahwa hal ini bertentangan dengan esensi pendidikan seutuhnya dari TamaSiswa maupun Kurikulum KBK yang menempatkan setiap aspek secara berimbang, sebagai proses equilibrium dari proses pekembangan belajar itu sendiri. Pernahkah kita sadari bahwa di dalam proses sains, diperlukan sikap ilmiah (aspek sfeksi) untuk meraih esensi konsep-konsep ilmiah itu sendiri?...
Saya ternyata tidak tahu, seberapa jauh teman-teman di Majelis Luhur TamanSiswa telah merengkuh peserta didik di dalam lahan jalur pendidikan non formal, walaupun saya tahu adanya dukungan yang sangat positif dari pihak birokrasi di Depdiknas kepada Perguruan TamanSiswa terhadap masalah ini.
Kalau saja dipertanyakan kontribusi pemikiran apakah yang akan saya berikan sebagai alumni Perguruan TamanSiswa untuk memajukan almamater tercinta, maka jawaban saya justru berbeda dengan pemikiran Darmaningtyas, yang juga saya kenal dan sering temui di berbagai forum seminar pendidikan. Bukankah "perbedaan" itu diciptakan sebagai rahmat bagi kita?.
Untuk Perguruan TamanSiswa yang berada di kota-kota besar dengan potensi ekonomi memadai, hanya ada satu cara untuk menggalah akuntabilitas publik, yaitu dengan meningkatkan kualitas layanannya. Sedangkan untuk Perguruan TamanSiswa yang berada di daerah (dengan kondisi ekonomi yang sulit berkompetisi), disitulah perguruan ini harus merengkuh dengan segenap kemampuan agar tidak ada peserta didik yang tidak belajar (sekolah) hanya karena diri dan keluarganya miskin, namun layanilah mereka dengan PENDIDIKAN YANG BERKUALITAS TINGGI demi memenuhi rasa keadilan serta kemanusiaan seperti yang diajarkan oleh Ki Hadjar Dewantara.
Masalah kita sekarang adalah bagaimana menciptakan layanan pendidikan yang berkualitas tinggi dari Perguruan TamanSiswa kita?.
Saya lebih percaya hal ini dapat dilakukan bersama para alumni Perguruan Tamansiswa yang bertebaran di seantero tanah air, hanya masalahnya "adakah data alumni yang akurat?" kalau memang tidak tersedia mari kita mulai menjaring data alumni tersebut melalui gelaran nasional dengan proposal yang hebat, sehingga setiap alumni yakin dan percaya untuk membantu secara sukarela dari rupiah yang terkecil sekalipun, asalkan ikhlas!.
Hanya dengan keyakinan diri sukses, maka kita mampu meraih dan menikmati kesuksessan itu sendiri.

Hari ini Perguruan tersayang ada dipersimpangan jalan, dan tembang SOYUNG kembali dikumandangkan....namun tidak untuk hari depan TamanSiswa..(kalau kita menghendakinya), seperti firman Allah di dalam surat Al Baqarah "Tuhan tidak akan merubah nasib suatu kaum, manakala kaum itu sendiri tidak berupaya merubah nasibnya sendiri" dan semoga Tuhan mengabulkan keinginan hambaNya untuk menghidup-hidupi Perguruan TamanSiswa. Amien.
Bangkitlah TamanSiswa-ku!

"... Sungguh alangkah hebatnya kalau tiap-tiap guru di perguruan Tamansiswa itu satu per satu adalah Rasul Kebangunan! Hanya guru yang dadanya penuh dengan jiwa kebangunan dapat 'menurunkan' Kebangunan ke dalam jiwa sang Anak" — Presiden Soekarno.

Senin, 05 Mei 2008

KRITIK vs KRITIK


Memenuhi janji saya untuk memuat suatu berita yang menarik tentang implementasi Kebijakan Pendidikan di lapangan (Program Bebas Buta Angka/Aksara) dari Depdiknas, berikut secara lengkap saya "copy" isi berita tersebut dari sumbernya.
Diakhir berita, pada saatnya nanti saya akan memberikan komentar, atau Anda boleh mengomentarinya, dengan meng-"klik" di sisi kanan bawah pada tulisan komentar dan menuliskannya.

Aparat Desa Kritik Pedas Mendiknas
http://menkokesra.go.id -- Berita 6 APRIL 2008:
Menteri Pendidikan Nasional Bambang Sudibyo menuai kritik pedas dari aparat pemerintahan desa. Bambang dianggap selama ini lebih percaya kepada laporan bawahannya, tanpa pernah meneliti kebenarannya.

Kritikan itu disampaikan aparat desa kepada Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) saat menjadi pemateri dalam Kongres Gerakan Ekonomi Masyarakat (Gema) Desa di Asrama Haji Donohudan, Boyolali, Jawa Tengah, Minggu (6/4/2008).

Salah satu kritikan dilontarkan Karsidi, Kepala Desa Karanggayam, Kecamatan/Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Di hadapan ribuan kepala desa, lurah, dan kepala dusun peserta kongres yang berasal dari 1.000 desa se-Jawa Tengah, Karsidi dengan lantang mempertanyakan program penuntasan buta aksara yang selama ini dikatakan telah berhasil.

Padahal, katanya, jumlah warga yang tidak bisa baca, tulis, dan berhitung di pedesaan masih sangat tinggi. "Mungkin di kantor Bapak di Jakarta sana, selalu menerima laporan bahwa desa-desa sekarang sudah bebas buta aksara. Padahal, itu hanya pesanan dari atas. Lihat saja Temanggung, daerah asal Bapak, dan Jawa Tengah khususnya. Masih banyak yang buta huruf," kata Karsidi disambut suara riuh peserta lain.

Karsidi bahkan dengan terang-terangan menolak keberadaan pendidikan kesetaraan yang dinilainya berkualitas rendah.

Menanggapi kritikan Karsidi, Mendiknas menegaskan bahwa selama ini dia dan jajarannya selalu mencoba berprasangka baik kepada aparat yang berada di daerah. Kalau kemudian ternyata laporan yang mereka terima selama ini tidak sesuai kenyataan, itu artinya aparat di daerah, termasuk para kepala desa dan jajarannya yang telah melakukan kebohongan.

"Baru sekarang saya sadar kalau telah dibohongi. Ini akan saya teliti lebih jauh, kalau ternyata bohong, saya akan lapor ke Presiden bahwa aparat desa banyak yang bohong," kata Mendiknas.

Terkait tuntutan agar kualitas pendidikan kesetaraan sama dengan pendidikan formal, Mendiknas menegaskan hal itu sulit diwujudkan. "Namanya saja pengganti. Kalau minta sama, tentu tidak mungkin. Ini demi keadilan, supaya jangan ada warga yang tidak bisa sekolah," ujarnya.

Meski kualitasnya tidak sama dengan pendidikan formal, ujarnya, namun untuk pengakuan terhadap ijasah tetap sama, dijamin undang-undang sistem pendidikan nasional. Sehingga, kalau ada sekolah atau perguruan tinggi yang menolak, bisa dituntut di pengadilan. (mo/pd)

Itulah sepenggal dialog ANEH TAPI NYATA di dalam dongeng pendidikan anak bangsa. DIAKUI KUALITAS HASIL BELAJARNYA TIDAK SAMA, tapi PENGAKUAN IJAZAHNYA SAMA, naaah lu.....sejak kapan kita pandai bersilat lidah?. Lalu dimana letak ESENSI IJAZAH SEKOLAH?.
Yaaaah terima sajalah kenyataan ini, bahwa memang pendidikan kita memang masih berkutat-berkutit di area "kebohongan" alias "permen karet" yang nampak mulut mengunyah makanan, namun tak sedikitpun gizi makanan ada di dalam mulut.
Yang penting kan semua orang melihat peserta didik pada mengunyah.....terlepas yang dikunyah adalah....."sampah pendidikan"???. Padahal 2 Mei 2008 yang lalu kita sudah memasang spanduk besar-besaran bahkan membelah jalan tol, dengan slogan PENDIDIKAN YANG BERMUTU TINGGI UNTUK SEMUA"....semua yang mana?.

Ibarat kita selalu meminta kepada para Guru di sekolah agar mengikuti kaidah implementasi kurikulum yang benar, dengan melakukan proses layanan belajar pada peserta didik yang mengikuti remediasi, karena tidak memenuhi ketuntasan belajarnya. Namun kita sekaligus mencontohkan hal itu tidak perlu dilakukan saat ada peserta didik yang tidak lulus Ujian Nasional, kemudian langsung mengikuti Ujian Nasional Ulang. Dan seharusnya kalau tidak juga lulus mengikuti Ujian Nasional Ulang, peserta ujian tersebut masih berhak mengikuti Ujian Nasional Ulang Ulang....sampai habiiiis. Haaa?.....Apa kata dunia kalau Ujian didesain untuk menghabiskan siswa pada periode tahun ajaran yang sama????. Apakah memang Ujian Nasional memang diarahkan menjadi tujuan sekolah???

Sesama Busway memang tidak disiapkan double track sehingga tidak dapat saling mendahului, jadi kepada teman-teman yang berada di dalam rumah pendidikan sekolah (formal maupun non formal) jangan marah ya......kan kita sesama Busway...TQ.

PESAN TERAKHIR


Apa pesan terakhir (yang secara tidak sengaja/sadar) saya sampaikan kepada almarhum H.Sumantri, sehari sebelum beliau kembali ke Rahmatullah memenuhi kewajiban ruchaninya (Rabu, 23 April 2008), melalui pembicaraan telepon selullair;
"SUDAHLAH, MULAI SEKARANG DIK MANTRI MENSYUKURI NIKMAT YANG ADA SAJA".
"KALAU PENGIN BAHAGIA, MULAI SEKARANG TIDAK USAH LAGI MENGELUH, KARENA DENGAN TIDAK MENGELUH BERARTI KITA BISA BERSYUKUR DENGAN IKHLAS".
"KALAU KITA BISA IKHLAS, MAKA KITA BISA SABAAAR, DAN AKHIRNYA KITA BISA BERSERAH DIRI KEPADA ALLAH".
Benar-benar Saya tidak tahu, bahwa pembicaraan via Hp tersebut merupakan pembicaraan terakhir saya dengan beliau.
Ajal (Izra'il) telah menjemput Bp.H.Sumantri, disaat beliau sedang berbicara melalui telepon sellulair dengan Pak Eko.
Dalam pembicaraan saya dengan Pak Eko (saat pemakaman almarhum Bp H. Sumantri) di Pemakaman Sonolayu Boyolali) tentang hal tersebut, bahkan Pak Eko sendiri merasa terkejut, karena tiba-tiba pembicaraan terhenti..."hallo....hallo"....(ternyata beliau sudah wafat dengan nyaman)

INNALILLAHI WAINNAILLAIHI ROJIUN
Semoga Allah SWT menerima amal baktinya, saat beliau masih hidup di dunia.
Selamat tinggal dunia, selamat datang alam penantian, sambil menunggu alam kebangkitan.

Tuhan Maha Pengampun, dan dengan ke Maha AmpunanNYA itu, seolah-olah memanggil-manggil dan mengejar setiap "pendosa" untuk dibasuh dosa-dosa setiap hamba, dengan ampunanNYA.
Allahu Akbar, Allah Maha Besar!.

Kamis, 24 April 2008

BERITA DUKA

Innalillahi wainaillaihi rojiun
Telah berpulang ke haribaan Allah SWT, Bapak H. Sumantri (adik ipar Bapak Darsana S)
pada Hari Rabu Tanggal 23 April 2008 sekitar jam 08.30 wib di rumah Kediaman Jl.A Yani 250 Makakamhaji Solo, karena serangan jantung.
Semoga arwah almarhum Bapak H.Sumantri diterima di sisi Allah SWT dan memperoleh ampunan dosa dari Allh SWT. Kepada keluraga yang ditinggalkan semoga memperoleh ketabahan iman serta kesabaran dari Allah SWT. Amien.

Solo, 23 April 2008
Keluarga Besar
Darsana Setiawan

Jumat, 18 April 2008

PENYAKIT HATI vs KATA HATI

"Setiap dari kita selalu memiliki kelemahan dalam hatinya, paling tidak TIGA hal yaitu ; berburuk sangka kepada orang lain, berlaku menghasut dan berkecil hati" demikian sabda Rosulullah SAW. Lalu bagaimana cara mencegahnya agar hal itu tidak terjadi?.
Di bawah ini disajikan beberapa tips sebagai solusi pencegahan dari refleksi tiga kelemahan hati tersebut di atas.

1. Berburuk sangka : Sebenarnya berburuk sangka tidak selamanya bersumber dari diri (hati) kita, dan hal ini dapat di analisa melalui UJI KATA HATI (HATI NURANI). Apabila kita sudah melakukan UJI KATA HATI terhadap "esensi permasalahan yang dapat dikatagorikan Buruk Sangka", maka sudah separuh dari tahap pencarian solusi kita dapati. Tinggal sekarang kita melakukan analisis terhadap KATA HATI dengan cara membiarkannya berproses secara alamiah. Singkirkan atau jauhkan proses analisis KATA HATI dari intervensi BISIKAN SETAN.
Ikuti hasil analisis KATA HATI (HATI NURANI)yang tidak pernah salah, dan jangan keliru mengikuti BISIKAN SETAN. Manakala rongga dada kita terasa longgar, bernafaslah dalam-dalam dan mengucap SYUKUR kehadirat ALLAH SWT, karena kita telah menemukan diri kita yang sebenarnya yaitu HATI NURANI.
Sebaliknya manakala rongga dada kita terasa sesak, bahkan disertai perasaan tergesa-gesa untuk melakukan "sesuatu" tanpa analisis KATA HATI, waspadalah....bukan tidak mungkin hal itu adalah BISIKAN SETAN!.

2.Berlaku Menghasut : Menghasut bisa berimplikasi menjerumuskan orang lain atau mengadu domba orang lain. Keduanya akan membawa resiko permusuhan baik kepada pihak yang diadu domba maupun dengan kita yang menjadi sumber hasutan. Manakala kita sadari implikasi negatif dari perilaku menghasut ini, maka SEGERALAH MEMBUANG JAUH-JAUH pikiran menghasut tersebut. Setidaknya menekan dalam-dalam sehingga tidak pernah dan tidak akan pernah terjadi hasutan yang berasal dari diri kita. Jangan tergesa-gesa puas saat kita merasa sukses menghindari kejaran hasutan tersebut, karena pembawa hasutan itu adalah SETAN, yang tidak pernah puas menggoda serta menjerumuskan kita. Kalau begitu waspadalah.... karena hasutan tersebut tidak lain adalah SETAN ITU SENDIRI!.

3.Kecil Hati bisa juga disebut Pesimistis, yang bersumber dari kehilangan rasa percaya diri untuk dapat melakukan atau menyelesaikan sesuatu tanggung jawab. Lawan dari Pesimis adalah Optimis yaitu rasa percaya diri mampu melakukan dan menyelesaikan sesuatu yang menjadi tanggung jawabnya. Kedua hal tersebut memang ada di dalam diri kita, namun masih berada di dalam batas "normatif" manakala tidak berlebihan dan kita merasa mampu mengendalikannya. Pesimis yang berada di dalam batas normal, dapat kita kelola menjadi positif manakala diseimbangkan dengan rasa Optimis yang normal, sehingga muncul rasa percaya diri (self confidence)dan berujung pada keyakinan MAMPU MENYELESAIKAN SESUATU YANG MENJADI TANGGUNG JAWABNYA. Optimisme yang berlebihan dapat menyebabkan rasa percaya diri yang juga berlebihan (over confidence), dan hal ini dapat menjerumuskan kita ke dalam jurang KESOMBONGAN karena lepas kendali dari analisis KATA HATI (lost control).
Janganlah khawatir berlebihan manakala muncul rasa pesimistis di dalam hati kita, yakinkan bahwa diri kita tidak sendiri, ada tempat berlindung dan tempat meminta (petunjuk) yang tidak pernah salah yaitu ALLAH SWT, melalui konsultasi KATA HATI.

Semoga tips di atas bermanfaat membantu kita di dalam mengelola (memenej) KATA HATI/HATI NURANI/QOLBU menuju ke tujuan akhir PELABUHAN CINTA SANG PENCIPTA.
Amien.

Cizantoeng, 17 April 2008
Pagi disaat hati mencari tempat berlabuh,
Darsana Setiawan,

Jumat, 07 Maret 2008

UJIAN


Pagi-pagi seperti biasa, acara saya nonton TV dimulai dengan menikmati acara Mama dan Aa “curhat doong” di chanel Indosiar dengan tema curhatnya adalah “sombong?, ke laut saja”. Yang secara spesial melekat di benak saya pagi tadi adalah ungkapan Mama Dedeh (Ustadzah Dedeh), bahwa setiap manusia akan menerima ujian dari Allah dan tinggal bagaimana cara kita menyikapi atau memaknai ujian tersebut.
Ada dua macam ujian yaitu ujian yang “hasanah” dan ujian yang “syaiah”. Termasuk di dalam peristiwa ujian “syaiah” misalnya musibah sakit, usaha bangkrut, ditipu orang, kecelakaan, bencana dan sebagainya. Kemudian Mama Dedeh berkata kalau ujian yang “hasanah” contohnya antara lain “naik pangkat dan jabatan gratis”, atau “dapat penghargaan dan pujian gratiiis”, atau “dapat istri gratiiis”, atau “dapat rumah baru gratiiis”. Semula saya tersenyum simpul sendiri saat mendengar ungkapan “dapat istri gratis”, namun setelah saya “cerdasi” sendiri, ternyata benar adanya. Memiliki seorang istri atau suami bagi setiap hamba Allah adalah ujian, dan bisa jadi ujian yang “syaiah” atau ujian yang “hasanah” tergantung dari kenyataan yang kita hadapi di dalam rumah tangga masing-masing.
Setelah berumah tangga 32 tahun lamanya, saya baru menyadari betul, bahwa apapun keadaannya bagi setiap suami atau istri, memiliki pasangan hidup itu adalah juga ujian dari Allah SWT, agar dapat berbakti serta tetap mencintaiNya. Banyak yang tidak memahami masalah ini, sehingga seringkali merespon ujian (terutama yang “syaiah”) dengan kemarahan, kekesalan, umpatan, keluhan, kekerasan, penghianatan bahkan dengan hujatan tidak saja kepada pasangannya, akan tetapi juga banyak yang mengalamatkan kepada Sang Pemberi Ujian yaitu Allah Swt. Astaghfirullahaladziim, mungkin saya dan anda pernah melakukannya, karena ketidakfahaman atau keterbatasan akan adanya ujian yang diberikan Sang Maha Kasih kepada hambaNya. Namun tidak perlu berkecil hati, karena saat saya dan anda (kita) tidak lulus pada ujian yang satu, maka dihadapan kita telah disajikan ujian berikutnya, sehingga kita memperoleh peluang untuk selalu meningkatkan kualitas (Quality improvement) keimanan kita. Dan janganlah pernah berpikir bahwa saat kita mampu menghujat setiap ujian yang adatang, maka ujian berikutnya akan berhenti menghampiri kita. Kalau ujian diposisikan seperti ini, maka ujian menjadi hak dari manusia, sehingga sifat keadilan dan kesetaraan Allah, dapat dinikmati oleh setiap hamba Allah, siapapun dia, setinggi apapun jabatan atau pangkatnya, sekaya apapun harta duniawinya, dan last but not least sepandai atau secerdas apapun otaknya.
Oleh karena itu hendaknya kita tidak terpeleset untuk menggunggat ujian yang menjadi hak kita sendiri.
Akan lebih baik manakala mensikapi setiap ujian yang diterima, menjalaninya dengan sabar, ikhlas, tawakal, amanah dan senantiasa mensyukuri datangnya ujian tersebut. Di dalam pengajian malam jum’at (tadi malam) pak Ustadz mengatakan bahwa sifat yang pandai mensyukuri pemberian (ujian) Allah, disebut dengan “syakiir” sedangkan sifat yang lebih dan lebih lagi mensyukuri nikmat Allah, disebut dengan “syakur”. Identitas hamba Allah yang “syakur” dapat dilihat dari sikapnya saat menghadapi ujian Allah, misalnya mendapatkan penyakit, kemudian dari hasil evaluasi diri (self evaluation) seseorang mampu mensyukuri datangnya sakit tersebut, bukan sebagai malapetaka, akan tetapi sebagai peringatan Allah, bahwasanya Allah tetap memberika perhatian terhadap dirinya.
Subhanallah, Maha Suci Allah.

Cijantoeng tiga, saat sepi di rumah, 7 Maret 2008.

Sabtu, 01 Maret 2008

ANALOGI BANJIRNYA KALI KRESEK

Setiap kali saya bermain di kolam renang Tirtayasa (Kuwak), ataupun di kolam renang Paggora, perjalanan saya selalu melewati kali Kresek yang berada di sisi timur Taman Makam Pahlawan Kediri, atau disebelah barat dari Asrama Polisi. Ciri khas kali Kresek di kawasan itu adalah dasar kali yang berbatuan, besar-besar lagi. Setelah belajar di SMA, saya baru mengetahui bahwa kali Kresek bermuara ke sungai Brantas yang berada di daerah Gampengrejo,seiring dengan meningkatnya frekuensi kunjungan saya ke rumah mbah kakung (mbah Lurah Tosari Nurhasyim) di desa Juwet Minggiran.
Lalu ada apa dengan kali Kresek, nah berita media cetak kemarin sedikit mengejutkan saya, karena limpahan air kali Kresek meluber kemana-mana sehingga membanjiri lahan persawahan yang siap panen di empat desa daerah Gampengrejo yaitu, Kewadungan, Sambirejo, Mutih dan Karangrejo.
Dipastikan sekitar 95 hektar sawah di sepanjang kiri dan kanan kali Kresek akan gagal panen periode ini, padahaldalamkondisi ekonomi yang susah seperti sekarang para petani hanya megantungkan nasib ekonominya dari kegiatan bertani.
Kalau banjir karena luapan air kali,….kan terjadi dimana-mana, di seantero wilayah tanah air kita, sehingga bukan lagi suatu peristiwa luar biasa, apalagi banjirnya cuman dalam wjud air dan paling-paling 4 sampai 5 hari juga sudah surut dan selesai. Sedangkan di Porong Sidoarjo ada banjir yang berlangsung bertahun-tahun tidak pernah surut, luberannya bukan hanya air tapi mayoritas luapan lumpur panas ditambah gas berbahaya lagi,…..anehnya tidak ditindak-lanjuti sebagai peristiwa darurat luar biasa yang harus segera di selesaikan secara tuntas. Saya membuat analogi ini bukan untuk mengecilkan arti penderitaan para petani disepanjang kali Kresek yang kebanjiran, akan tetapi sekedar mengingatkan bahwa kita harus bersiap-siap kecewa manakala “sekedar mengharapkan bantuan dari instansi publik, mengingat belaiu-beliau yang di Jakarta saja sedang pusing menjalankan perintah Presiden untuk menuntaskan luapan lumpur Sidoarjo”. Anda mungkin tidak akan percaya, bahwa seorang Presiden sampai harus memindahkan kantornya ke lokasi musibah, dan mengendalikan pemerintahannya dari tempat terjadinya bencana. Salah satunya adalah Presiden SBY kita, yang menginstruksikan langsung untuk penuntasan masalah luapan lumpur dan gas berbahaya, sehingga masyarakat miskin yang menderita tidak terus berkelanjutan teraniaya oleh urusan bisnis yang mengawali kejadian musibah tersebut.
Koran Kompas pernah memuat berita (yang seharusnya menggembirakan kita) bahwa ada pihak pengusaha kontraktor teknik dari Jerman, yang sanggup menghentikan semburan lumpur diSidoarjo tersebut denankompenasai baiaya sekian juta $ US. Namun saya dan anak-anak saya bersepakat dalam satu pendapat bahwa tawaran itu pasti ditolak, dengan perkiraan positif bahwa pihak pelaksana teknis bisnis pengeboran masih sanggup melaksanakan “penghentian semburan lumpur”,sedangkan perkiraan negatifnya ikuti saja cara-cara China, yang piawai dan sukses dalam menjalankan pencurian teknologi tinggi seperti halnya negara tetanganya Jepang.
Mohon diartikan saya menulis bisnis pengeboran dengan huruf tebal, dengan sengaja agar tidak diplesetkan dalam pengambilan peran tangung jawabnya, mengingat diskusi di gedung parlemen sudah diarahkan bentukkan opininya bahwa semburan lumpur dan gas itu bukanlah tujuan bisnis, karena tidak akan mendatangkan keuntungan apapun bagi pihak pengebor!.
Jadi masalah yang terjadi adalah kesalahan pelaksanaan teknis dari proses pengeboran, atau yang sering disebut secara umum sebagai bencana teknologi, karena semburan lumpur dan gas itu terjadi sebagai akibat adanya aktivitas teknologi. Itulah kondisi faktual yang secara kronologis dapat dilaporkan dalam berbagai laporan ilmiah bidang teknologi, sebagai pembelajaran bagi generasi masa datang. Janganlah kita merekayasa proses kejadian kesalahan penerapan bencana teknologi sebagai ekspresi upaya manusia untuk meningkatkan kesejahteraannya, dengan mengalihkannya menjadi peristiwa alam sehingga kejadian tersebut menjadi bencana alam.
Di posisi cara berpikir inilah kita sekarang sedang diuji untuk berani jujur mengakui akan kesalahan dan keterbatasan sebagai hamba, karena Tuhan akan marah manakala muncul kesombongan dalam diri manusia yang melakukan pembenaran dengan meyalahkan rencanaTuhan dalam bentuk pemberian label penyebab semburan lumpur dan gas beracun sebagai bencana alam, alias di luar tanggung jawab penyebab manusiawi. Persis seperti terjadinya banjir karena meningkatnya debit air sungai di luar kapasitas sungai bersangkutan, sebagai akibat menurunnya penyerapan air karena hutannya digunduli orang. Kemudian kita memberikan label bencana alam, sementara bos-bos pembalak hutan dengan bebas menikmati hasil bisnis dan menanam dananya sebagai devisa tambahan justru di negara lain.
Tidak mudah memang, namun harus kita mulai dari sekarang, untuk berani mengambil resiko tanggung-jawab bisnis yang merugi. Jangan berdagang hanya mau untungnya saja, karena keuntungan itu adalah rejeki yang menjadi hak serta skenarionya Allah, kecuali memang dengan sengaja akan mengingkari hakikat keimanannya. Naudzubillah mindzalik.
Kita selayaknya takut untuk berbuat tidak adil kepada sesama hamba Tuhan, tapi selayaknya kita juga takut kepada pencatutan skenario Allah dalam proses bencana alam.
Analogi banjirnya kali Kresek memang jauh dari penyebab bencana teknologi, namun patut disyukuri bahwa setidaknya kita tidak lagi menyatakan penyebabnya sebagai bencana alam pada luapan air bah di kali Kresek, karena kita juga tahu, bahwa terjadi penyempitan lebar kali karena adanya pengembangan tata bangunan di wilayah tertentu, serta meningkatnya debit air sebagai akibat penebangan pohon di lereng gunung Kelud yang menjadi lokasi hulu kali. Dengan demikian kita sudah berusaha menjauhi dosa dengan cara menutupi dosa melalui skenario Tuhan yang bernama bencana alam. Bagi mereka yang tidak sepaham dengan pemikiran seperti ini adalah hak mereka pula, karena memang Tuhan Maha Kaya dengan segala bentuk variasi serta formulasi pikiran hamba-hambaNya.

Jumat, 22 Februari 2008

PIKIRAN ANAK SMA SEKARANG

Pagi ini di depan lap top, sambil makan tempe goreng dan minum teh (soalnya daging empal sapi lagi menghilang dari pasar tradisional) saya di minta membantu "mas Iman" anak ragil(anak bontot) untuk nge-print tugas sekolahnya. Sambil membetulkan posisi disk-drive, saya membuka file dari disket kecil yang diketik "mas Iman" semalaman, dan betapa terkejutnya saya membaca berbagai tulisan tentang kehidupan sosial kemasyarakatannya yang ternyata dituangkan mirip-mirip cara dan gaya saya menulis. Wah...ibarat biji tak mungkin jatuh jauh dari pohonnya, dan memang salah satu tulisannya yang akan saya angkat di blog ini bertemakan tentang "Pohon". Diakhir tulisan mas Iman, saya baru akan memberi komentar, dan nanti setelah sang anak bontot pulang sekolah akan saya berikan print-out komentar saya tadi. Selengkapnya tulisan mas Iman adalah sebagai berikut;
Sosialisasi Multimedia
Saat saya mengenal multimedia umur 9 tahun saya mengenal itu saat saya menonton tv dan ada berita tentang pembabatan pohon di sepanjang jalan raya antara Surabaya sampai Banyuwangi Jawa Timur, lalu saya berfikir buat apa sih pohon itu ditebang….. lalu saya binggung, kok dibiarin saja orang memotong pohon, malah seperti didukung. Nah pada saat saya berumur 12 tahun, saya baru tau kalo pembabatan liar terhadap pohon di hutan itu untuk di jual, dan mereka nggak mikir kalau selama ini terjadi banjir, antara lain karena tidak adanya pohon yang menahan air , hutannya pada gundul, sehingga sekarang banjir begini. Mengapa pak Polisi Kehutanan membiarkan mereka membalak hutan?, itu pemikiran saya pada umur saya yang ke 13.
Saya ingin ngebantu tapi saat itu tv hanya menyiarkan berita singkat , saat itu kan saya belum mengerti bagaimana menanggulanginya, kemudian saya di kasih tau oleh bapak saya begini; “penyebab banjir itu karena pohon yang di tebangi secara liar, dan dibiarkan bebas untuk merusaknya, baik yang di hutan Kalimantan maupun yang di Sumatera, bahkan yang di pulau Jawa”. Kalau ada yang diadili sebagai pembalak liar, malah bebas, dan melarikan diri ke luar negeri, agar dapat menikmati uang penjualan kayunya. Dan masyarakat kita yang ditinggalkan kebanjiran, merana, sengsara, hidup nestapa. Sekarang sedang digalakkan penanaman berjuta pohon, seluruh masyarakat diajak menanam pohon, dan hal itu adalah sesuatu yang baik. Tapi saya bertanya lagi, nanti kalau sudah pohonnya besar, lalu di potong secara liar lagi bagaimana, kan banjir lagi. Guru di sekolah selalu menasehati, kalau ada masalah selesaikan dari yang kecil-kecil dulu, mulai dari dirimu sendiri dulu, dan lakukanlah saat ini juga. Jadi mestinya masalah pembalakan hutannya diselesaikan sekarang juga, baru kita menghijaukan lagi dengan menanam pohon. Sejak saat ini pun saya tidak ingin memotong pohon, karena kalau bukan kita yang menjaganya, lalu siapa lagi, padahal saya nggak kepingin jadi Polisi Kehutanan, habis galakkan yang membalak hutannya sih, apa karena “bos pembalak” banyakkan uangnya kali ya?.

Komentar Saya:
Anak kelas 10(SMA kelas I), mengungkapkan kegundahan hatinya terhadap tatapan masa depannya, yang tidak begitu menggembirakan karena terusiknya "rasa keadilan" dalam bathinnya. Kepolosan pikirannya mengungkap betapa tidak adilnya pemburuan penjahat kelas kakap yang menghancurkan bangsa dan negara terlihat di depan matanya dengan menyebut :Kok pembalak hutan bisa bebas dari hukuman, dan bisa melarikan diri dengan melenggang ke Luar Negeri untuk menikmati hasil balakannya dengan besaran jutaaan US dollar (karena kalau di kurs rupiah uang tersebut akan kehabisan seri nomornya, alias rupiah tak ber-seri). Mengapa penjahat yang dinyatakan sebagai teroris dengan mudah dapat ditangkap dan diobrak abrik sindikasinya? (apa karena mereka miskin, sehingga dana transfer dari sumbangan yang dihimpun mudah dilacak?. Mengapa kartel narkoba di tanah air bisa diungkap oleh BNN, padahal duit penjualan barang terlarang tersebut tidak kalah gedenya dengan uang balakkan pohon yang menggunduli bagian tengah hutan di pulau Kalimantan dan Sumatera?.Kasus pembalakkan hutan ini memang penuh dengan "misteri", kalau tidak mau disebut dengan SANGAT MISTERIUS TAPI MENGGELIKAN". Kayu glondong balakkan yang sedang ditarik oleh truck tronton keluar dari hutan, saat ditangkap oleh sejumlah petugas keamanan, ee...ee...malah petugasnya lari tunggang langgang karena dikeroyok seluruh masyarakat kampung di sekitar kejadian....(ha? fenomena apa yang sedang terjadi sekarang ini?).Dapat dipastikan bahwa banjirnya kota-kota di sepanjang tepi utara perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur saat ini, disebabkan oleh gundulnya hutan pohon Jati milik "kehutanan", dan itu terjadi didepan mata kita semua. Di sisi lain, anak bontot saya "mas Iman" juga bingung, mengapa kita diajak rame-rame menanam berjuta pohon, sementara masalah penebangan liar terhadap pohon serta pembalaknya tidak diprioritaskan untuk segera diselesaikan.Saya memahami pikiran anak muda saya ini, karena dia pernah memperoleh pembelajaran dari ngajinya seperti yang difirmankan Allah SWT di dalam surah Al Baqoroh yang saya kutib sebagian ini; "pagi hari seseorang menenun benang sampai menjadi selembar kain, dan pada malam harinya benang itu dilepasnya satu per satu dari tenunan kain, sehingga menjadi uraian benang panjang lagi". Itu peringatan Tuhan kepada hambaNya yang mau diperingati, bagi yang tidak mau diperingatkan Tuhan, ya silahkan "lakum dinukum waliadi" saja.Jangan sampai kepleset, bahwa mas Iman dan bapaknya (saya) sangat setuju dengan "reboisasi" melalui penanaman berjuta pohon, namun saya lebih setuju kalau pembalak hutannya SERIUS DAPAT DI TANGKAP, sekali lagi SERIUS DAPAT DITANGKAP dan dihormati hak-haknya di depan pengadilan untuk melakukan pembenaran terhadap kejatahannya?.Mudah-mudahan sekarang tidak bingung lagi, atau malah jadi bingung....
Wallahu alam bissawab.

Rabu, 13 Februari 2008

KEMENANGAN BARACK OBAMA KEMENANGAN RAKYAT INDONESIA (1)


Judul tulisan ini mungkin mewakili harapan sebagian besar rakyat Indonesia, pada pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) bulan Nopember 2008 mendatang, walaupun sampai saat tulisan ini saya buat, kepastian menjadi kandidat presiden dari Partai Demokrat-pun masih dipertarungkan antara Barack Obama dengan Hillary Clinton. Namun tidak berlebihan kiranya menukil sekilas kehidupan salah satu calon presiden dari Partai Demokrat yang mulai populer di AS, mengingat hasil akhir pemilihan di berbagai negara bagian menunjukkan persaingan yang begitu ketat dengan calon lain dari kubu partai yang sama yaitu Hillary Clinton sudah mendekati babak akhir.

Uraian sekilas tentang Barack Obama kali ini (1) lebih difokuskan pada hubungan psikologis antara sang kandidat Barack Obama dengan Indonesia, sebagai tempat, negara ataupun rakyat yang pernah ia tinggali, kenali dan "bergaul" di masa kanak-kanak. Barack Obama lahir di Honolulu pada tanggal 4 Agustus 1961 dari pernikahan Barack Hussein Obama seorang muslim kulit hitam asal Kenya, dengan ibunya, Aan Dunham seorang kulit putih di East West Center Hawai University Honolulu. Setelah iunya bercerai dengan Obama senior, Aan Dunhan menikah dengan pria Indonesia yang bernama Lolo Soetoro dan tinggal di kawasan Tebet Jakarta Selatan selama 3,5 tahun.Rumah tinggalnya di Tebet yang sangat sederhana, hanya berkloset jongkok serta tidak ber AC. Di belakang rumahnya banyak ayam kampung peliharaan, sedangkan dekat jendela rumahnya bergelantungan jemuran pakaian. Pendidikan dasarnya dialami Barack Obama dengan bersekolah di SD Fransiscus Asisi serta SDN 01 Jalan.Besuki Menteng Jakarta Pusat. Beliau mengungkapkan pengalaman pendidikan dasarnya di Jakarta dengan menyebut "Kami tak punya cukup uang untuk dapat bersekolah yang berstandar internasional, sehingga masuk ke sekolah biasa, dan berteman dengan masyarakat Indonesia dari kalangan anak pembantu, penjahit maupun anak pegawai rendahan lainnya". Sewaktu ayah tirinya (Lolo Soetoro) keluar dari TNI dan masuk sebagai karyawan perusahaann minyak asing, secara berangsur-angsur kehidupan ekonominya mulai membaik.Masa remaja dan SLTA nya dilalui dengan tinggal di Honolulu, yang kemudian menapaki pendidikan tinggi dengan kuliah di Columbia University, New York (1985) dan pendidikan paska sarjananya di selesaikan pada tahun 1991 di Harvard Law School Boston. Karir politiknya dimulai dengan terpilihnya beliau pada tahun 1995 sebagai senatordi Negara bagian Illinois dan berkantor di Chicago. Pada tahun 2005 beliau terpilih sebagai senator di tingkat federal mewakili Negara bagian Illinois yang berkedudukan di Capitol Hill Washington DC. Saat dilantik sebagai senator pada tahun 2005, banyak masyarakat AS yang mulai memberikan perhatian serta pujian terhadap konsistensi sikap politiknya yang berpihak pada orang miskin di dunia (secara internasional). Banyak pihak menganggap kemuncullan Barack Obama, ibarat munculnya kembali John F Kennedy di masa hidupnya , bahkan kepopulerannya dinilai melebihi kepopuleran Bill Clinton dimasa berkuasa. Saat Flu Burung melanda negara kita, Barack Obama mempelopori dukungan bantuan kesehatan dari pemerintah AS, melalui lobby diplomatik yang benar. Bahkan sempat mengusulkan agar pemerintah Indonesia, memperoleh bantuan untuk penanggulangan bencana yang banyak menimbulkan kematian. Sungguh, kehadiran Barack Obama disambut dengan antusisme yang tinggi oleh rakyat Indonesia, yang mendambakan kebebasan, penyetaraan dan keadilan, apalagi beliau pernah tinggal di Indonesia, bergaul dengan anak rakyat jelata sambil mengejar ayam, mainan lumpur, berenang di sungai. Bukanlah kelainan psikologis manakala, tidak menghapus ikatan emosional yang sulit untuk dilupakan oleh semua orang, termasuk beliau.

Seandainya Barack Obama kelak menjadi presiden, maka hal itu adalah kehendak serta atas ijin Tuhan, dan hanya Tuhan yang tahu "apakah hal itu merupakan yang terbaik bagi bangsa AS, bangsa Indonesia maupun umat manusia di seluruh dunia".Saya dan anda mungkin termasuk yang berharap dan berdoa hal itu memang terjadi, karena hubungan silaturochim antar "hati nurani" memang tidak bisa dibohongi.
source ; Barack Obama, Menerjang Harapan dari Jakarta menuju Gedung Putih, UfukPress, 2007.

Kamis, 31 Januari 2008

KESANTUNAN BERPOLITIK

Kalau saja ada orang yang percaya dengan pikiran saya tentang figur yang layak diteladani berakhlak mulia dalam kisaran peristiwa “pra” dan “paska” wafatnya Pak Harto, maka saya akan menunjuk Pak AM Fatwa (Wakil Ketua MPR RI).

Selain sifat gentlemen yang ditampilkan layak diteladani, memang hamba Allah yang satu ini berpolitik tidak sekedar dengan akal sehat, akan tetapi juga dengan hati nurani atau qolbu yang juga sehat. Betapa tidak, seorang pelakon politik yang pernah dijebloskan di dalam penjara, saat setelah “bebas”dan keluar dari penjara, malah datang bersilaturachim ke rumah mantan penguasa yang menjebloskannya ke dalam penjara, di Cendana. Dan malah menjalin hubungan humanism antar keduanya (Pak Harto beserta keluarga Cendana dan Pak AM Fatwa) menurut pengakuan beliau berjalan baik-baik saja, seolah tak pernah terjadi pertentangan politik yang pernah berakhir sampai di dalam bui. Ternyata keduanya bersedia "islah" dengan "ikhlas"!. Bahkan pak AM Fatwa bicara lugas, (insyaAllah jujur dan saya meyakininya) dengan nada datar mengatakan bahwa beliau sempat menjenguk pak Harto saat sakit di RSPP menjelang wafatnya, dan sempat pula mencium kening pak Harto, (tentunya dengan penuh penghormatan dan kecintaan). Dalam hati, saya berkata "Ya Tuhan mudah-mudahan dugaan berprasangka baik terhadap seorang hamba Allah yang hanya berdasar perasaan serta naluri kemanusiaan saya ini tidak salah", walaupun kalau diukur oleh berbagai lembaga poling PILKADA yang ada di santero tanah air, tentu dan pasti akan ditolak, karena masalah taraf significansi-nya berdasar kuantifikasi statistical, ataupun malah saya dianggap orang yang nggak jelas juntrugannya.
MasyaAllah, mulia benar akhlak orang satu ini, semakin disakiti justru semakin pula dia mendekati.
Walau dalam pembicaraan di layar kaca, beliau meng “cover” hubungannya dengan Cendana tersebut, dilandasi oleh adanya pemikiran bahwa “perbedaan pandangan politik seseorang, tidak lantas melahirkan permusuhan dalam hubungan kemanusiaannya”.
Kehadiran Pak AM Fatwa di Astana Giribangun saat pemakaman salah satu putra bangsa terbaik (Pak Harto) menghadap Sang Chalik, untuk menjalani fase kehidupan ketiga di alam kubur, serta penantian panjang ke alam akherat, setelah fase kehidupan di alam rahim dan alam dunia, mencerminkan keteguhan hati seorang hamba Tuhan yang sudah “mapan” dalam memposisikan kejiwaannya yang lebih “mencintai Tuhan dibanding segalanya”. Dan jiwa politisi seperti inilah yang kita cari untuk dijadikan sebagai teladan bagi anak cucu kita ke depan. Terlepas dari ketidaktahuan saya tentang kejadian masa depan yang ada digenggaman Allah, saya berdoa “semoga Tuhan menjaga serta melindungi pak AM Fatwa dari perubahan sikap yang jauh dari kesantunan sosial, serta beristiqomah mengikuti contoh penuntunnya yaitu Muhammad Rosulullah SAW”.
Politik ternyata bisa dijalankan tidak dengan jiwa dan qolbu yang kotor, akan tetapi tergantung niat pelakunya serta bimbingan yang pernah diterima maupun sikap bawaan yang melekat dalam diri seseorang.
Berbahagialah orang tua dari hamba Allah yang sholeh/sholechah, atas karunia sodaqoh jariah yang dijanjikan Allah SWT, karena menurut pemahaman “genetic” setiap perbuatan seseorang memang tidak dapat terlepas sepenuhnya dari siapa sejatinya bapak atau ibunya serta besarnya pengaruh lingkungan terhadap perkembangan jiwa anak bersangkutan.

Nampaknya Tuhan masih menyayangi kita dengan memberikan "figur politisi yang tersisa", namun memiliki keunggulan komparatif dalam akhlak mulia. Itulah yang sebenarnya menjadi bahan pembelajaran bagi kita bersama.
Tanpa keinginan sekecil apapun untuk menyamakan dan atau mempersandingkan kedua hamba Allah yang saya tulis di atas, saya menyampaikan "Salam dan rasa hormat" untuk dua anak bangsa yang berakhlak mulia Pak Harto dan Pak AM Fatwa.
Terima kasih pak AM Fatwa, mohon maaf kalau tulisan saya ada yang salah, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah semata, dan semoga Allah Swt senantiasa merahmati bapak, amien.

Cijantoeng Jakarta Timur, akhir bulan Januari 2008.
darsana setiawan.

Senin, 28 Januari 2008

ANAK BANGSA IKUT BERDUKACITA


Innalillahi wainnaillaihi rojiun
Telah kembali keharibaan empunya (Yang Maha Punya, Allah Swt) salah satu hambaNya yang dipilih, yaitu Bapak Haji Mohammad Soeharto, mantan Presiden Republik Indonesia yang kedua.
Beliau wafat pada hari Minggu tanggal 27 Januari 2007 sekitar jam 13.10 wib di RSP Pertamina Jakarta.

Sebagai hamba Tuhan yang pernah menerima tuntunan agama; " manakala ada hamba Tuhan yang lain meninggal dunia, maka kewajiban kita mengingat-ingat hanyalah kebaikannya semasa yang bersangkutan hidup di dunia".
Oleh karena itu mari kita sambut himbauan Bapak Presiden Republik Indonesia yaitu Bapak Susilo Bambang Yudhoyono, untuk memberikan penghormatan kepada "orang tua kita bersama" yang pernah memberikan "pengabdian" kepada segenap warga bangsa, DENGAN SEGALA KELEBIHAN MAUPUN KEKURANGANNYA.
Tiada seorang manusiapun yang sempurna, karena kesempurnaan itu adalah kemutlakkan yang hanya menjadi milik Allah semata. Kalaupun Allah memberikan perkecualian, itupun hanya diberikan kepada para rasulNya dengan cara melindungi dan atau menghindarkan dari perbuatan "dosa", yang dalam bahasa agama disebut "maksum".

Selamat jalan Pak Harto, hamba pilihan yang ditetapkan Allah "telah" memimpin lebih dari 200 juta hamba Allah yang lain (dari tahun 1966 s.d tahun 1998), kami ikhlas melepasmu untuk menghadap Sang Chalik, jasa baikmu kepada bangsa tetap kami kenang, dan "semoga Allah Swt menganugerahkan ampunan terhadap seluruh kekurangan dan kekhilafan semasa hidupmu wahai Bapak Bangsa, Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang dan Maha Pemurah".
Amien ya robal alamien.

Minggu, 27 Januari 2008

TEMPEnya diTEMPO

Pagi ini, Sabtu 26 Januari 2007 Trans TV menyiarkan berita yang "mengejutkan tapi tidak mengherankan". Kepolisian di Surabaya berhasil menemukan hasil grebegan sebanyak 13.500 (tigabelas ribu lima ratus) Ton kedelai impor, di dalam Gudang PT "CI" yang menurut sinyalemen awal dari "informan", semestinya ada sekian kali lipat dari yang ditemukan.
Mengejutkan karena kedelai impor dengan tiga unit mesin pembersih kedelai tersebut bisa melenggang beroperasi di saat seluruh bangsa ini sedang "ngap-ngapan" mencari kedelai untuk pembuatan tahu dan tempe yang mulai melangit harganya, serta berdampak pada Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karyawan di beberapa perusahaan tahu atau tempe di tanah air.
Ulah penimbun kedelai sebagai bahan pangan rakyat seperti ini, kalau di jaman "dulu" langsung dikenai tuntutan hukum yang bernama pasal "subversi ekonomi", sehingga para cukong penimbun bahan pangan tidak dapat lagi terlepas dari "pasal maut" yang mengerikan, lantaran tindakannya dapat "menyengsarakan rakyat banyak" . Kakak kandung saya yang sedang belajar di Universitas Brawijaya, ketika pulang kuliah dari dosen luar biasanya di Universitas Gadjah Mada Yogjakarta pada tahun 1977, sempat mampir ke rumah saya di Solo, dan menyampaikan kesan yang mendalam tentang perkuliahan dari dosennya begini "bangsa ini harus melindungi rakyat kecil yang jumlahnya lebih banyak dan selalu menderita oleh ulah spekulan bahan pangan, karenanya para spekulan dan penimbun pangan tersebut harus "disikat" oleh pemerintah, itulah kebijakan ekonomi (maaf kalau saya salah mendengar) wijoyonomic". Tapi itu dulu...pernah begitu,…...........dan memang Badan Urusan Logistik (Bulog), dibentuk dengan tujuan agar para petani gurem terlindungi dari "rekayasa spekulan" yang menyebabkan terjadinya lonjakkan harga kedelai, padi dan jagung, saat musim tanam tiba, dan harga anjlok serendah-rendahnya saat musim panen tiba. Dan petani gurem. petani penggarap tinggal "gigit jari", utang lagi, utang lagi, untuk membeli benih dan pupuk, sementara harga jual penennya tidak mampu melunasi seluruh hutangnya alias "tekor".
Kalau petaka seperti di atas justru terjadi di saat sekarang, maka Pak Ustads di kuliah Subuh berkata bahwa Rosul berpesan ;"kalau hari ini keadaannya lebih jelek dari hari kemarin,…maka mereka berada dalam keadaan merugi, seharusnya hari esok harus lebih baik dari hari ini, dan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin". Naah,…..saya makin terkejut, dengan ulah petani kedelai di Demak atau sekitarnya, yang membakar sendiri hasil panen kedelainya lantaran harga di pasaran yang cuma "enam ribu rupiah" per kilo, jauh di bawah dari ongkos produksinya. Jengkel dengan kenyataan ini, mereka tega membakar bahan pangan yang sedang langka di pasaran. Kejengkelan para petani dan masyarakat kecil pengkonsumsi kedelai (tahu dan tempe) memang harus segera diakhiri, tidak hanya dengan "kata-kata", akan tetapi dengan fakta dan realita, agar tetap "dapat dipercaya", dan sokur-sokur ada yang digugu dan ditiru !!
Mudah-mudahan pak Polisi kita dapat menemukan lagi gudang-gudang penimbunan bahan pangan lain, sehingga tidak keduluan oleh ulah spekulan penimbun bahan pangan, dengan cara mengalihkan ke tempat persembunyian lain. Pengalaman saya di tahun 1967-1968 saat menjadi aktivis Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI) komisariat SMA Negeri 1 Kediri, direkrut oleh pihak "yang berwenang saat itu", untuk bersama-sama mengikuti operasi penggeledahan gudang-gudang bahan pangan milik cukong spekulan/penimbun beras di kota Kediri.
Hasil penggerebegan sungguh mengecewakan saya dan teman-teman avtivis KAPPI, karena tak sebutir beras pun ditemukan di dalam gudang pangan yang besar-besar itu. Hati saya dan teman-teman KAPPI serasa ter-"iris", melihat kenyataan di masyarakat sedang tidak ada beras (kalau ada harganya sedang melambung tinggi), sementara di gudang-gudang beras para cukong juga kosong. Mungkin rencana operasi ini sudah bocor (istilah teman saya "nggak bocor lagi, tapi sudah banjir), lalu disembunyikan dimana lagi beras-beras itu?.
Inilah perang sesungguhnya, perang informasi yang realistik, seperti sehari sebelum anak saya maju ujian skripsi yang membahas tentang diplomasi publik, Saya katakan bahwa yang dimaksud "perang" tidak hanya kekuatan senjata dalam menganeksasi atau menduduki suatu negara berdaulat yang lain saja, akan tetapi diplomasi publik dapat pula diperankan sebagai alat "perang" yang handal di era global seperti sekarang.
Tak seorangpun diantara kita di Indonesia, tahu adanya kemungkinan masalah mahalnya harga kedelai, gandum (terigu) serta jagung, juga menjadi alat diplomasi publik untuk menekan bangsa ini (ingat, Uni Sovyet berantakkan antara lain gara-gara diplomasi gandum dari AS dan Kanada). Apalagi situasi saat ini kondisi dalam negeri AS sedang menghangat, mengingat salah satu calon kandidat presiden dari partai Demokrat di Amerika Serikat (AS) ada yang bernama OBAMA, dan kebetulan seorang turunan kulit hitam yang pernah tinggal di Indonesia.
Terkait dengan peristiwa 11 September 2001, diperlukan penciptaan musuh bersama AS di dunia internasional, dan terpilih kambing hitamnya bernama OSAMA bin Laden. Sungguh suatu keberuntungan bagi OBAMA, karena saat tinggal di Indonesia bersama orang tuanya, dirinya tidak pernah diajak sowan menemui Susuhunan Paku Buwono XI (raja di kasunanan Surakarta Hadiningrat), sehingga tidak memiliki peluang menerima gelar kebangsawanan Raden.
Kalau hal itu terjadi maka nama sang kandidat akan berubah menjadi OBAMA bin Raden, yang dalam penjungkir-balikkan politik bisa diplesetkan menjadi OBAMA bin Laden, karena musuh nomor satu AS sudah pula langsung diganti namanya menjadi OSAMA bin Raden.
Permainan informasi publik (baca diplomasi publik) seperti inilah yang tidak mengherankan saya, karena lemah dan rendahnya kualitas pendidikan atau pengetahuan tentang diplomasi publik itu sendiri (terutama untuk menjadi seorang diplomat sejati melalui jalur pertama duta besar atau staf duta besar yang memiliki kekebalan dan kewenangan diplomatik ) seperti yang dicontohkan oleh adanya kebijakan Kedutaan Besar Indonesia di Kuala Lumpur, atau di Arab Saudi?.
Kalimat penutup tulisan ini sengaja saya beri "tanda tanya", mengingat hasil akhirnya kita semua juga belum tahu bagaimana aturannya /pengaturannya /mengaturnya, kok ada kejadian yang dianggap "aneh" terhadap perlakuan anak bangsa yang menjadi tebaga Kerja Indonesia (TKI) paling tidak di dua negara tersebut. Mari kita bersabar dan bertawakal saja, alias mengikuti rasa hormat terhadap "azas praduga tak bersalah".

Selasa, 22 Januari 2008

TEMPOnya TEMPE

Beberapa minggu terakhir ini, headline di berbagai media tidak hanya memunculkan berita tentang perkembangan kesehatan Pak Harto, akan tetapi makanan kesukaan saya sejak kecil yang bernama "tempe" nimbrung popularitas dengan cara menghilang dari peredaran kesehariannya di pasar rakyat atau pasar tradisional.
Para wartawan yang tidak memperoleh tugas untuk meliput situasi di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), di Cendana, di Giribangun, di nDalem Kalitan langsung tancap gas mencari "tahu" perihal tempe. (kata "tahu" dalam suasana kisruhnya tempe dapat bermakna ganda, karena temannya tempe yang ikut hilang bersamanya juga bernama "tahu", ada tahu tempe, ada tahu Sumedang, ada tahu petis, and last but not least, sebagai orang yang lahir di Kediri saya pasti mengenal tahu takwa).
Perlu disimak, bahwa hilangnya si tempe dan tahu bukanlah masalah sepele, jangan-jangan memang ada yang membolak balik gorengan tahu, walaupun kita semua bakal tahu kalau tahu yang digoreng itu kalau dibalik (agar tidak gosong), jadinya ya tetap tahu. Beda dengan (maaf) pantat, kalau dibalik apa jadinya?.
Walhasil berita TV, tiga hari terakhir ini membeberkan hasil kerja teman-teman wartawan yang sukses mencari tahu penyebab hilangnya tempe dari singgasana lapak penjajaannya di pasar-pasar, karena melonjaknya harga bahan baku tempe yaitu kedelai yang tidak lagi mengenal peri kelezatan manusia, yaitu di atas 100%.
Bulan lalu harga kedelai berkisar tiga ribu lima ratus rupiah per kilo, dan saat ini sudah berada di atas level harga tujuh ribu rupiah per kilo. Walaupun para pengusaha kecil tahu dan tempe sudah mensiasati agar produksinya jalan terus dengan cara mereduksi besarnya potongan-potongan tahu dan tempe sehingga menjadi lebih kecil dan harganya dinaikkan sedikit ke atas, namun tetap tekor alias rugi juga. Saking geramnya, sekelompok pengusaha kecil tahu dan tempe di kota Banyuwangi beramai-ramai melakukan "swiping" kepada semua kendaraan yang mencoba mengangkut dan membawa masuk produksi tahu dan tempe dari luar kota, karena dianggap tidak solider dengan harga di bawah biaya produksi nyata. "Weleh-weleh, wong tempe saja kok diobrak abrik melalui harga kedelai, gimana ini juntrungannya?", gerutu saya. Kalau ada pertanyaan kepada para importir kedelai (karena memang selama ini kita selalu mengimpor kedelai dari luar negeri), pasti jawaban klisenya muncul "karena harga kedelai di pasar internasional, terutama di Amerika Serikat memang sudah tinggi (naik)". Sama halnya dengan jawaban yang diterima para peternak gurem ayam ras, yang kelimpungan menghadapi kenaikan harga pakan, sementara harga ayam potongnya ikut turun gara-gara berita "flu burung yang tak kunjung mereda". Alasan produsen pakan ayam juga sama klasiknya yaitu "harga pakan ayam naik karena harga jagung (sebagai bahan baku utama pakan) di luar negeri terutama di Amerika Serikat, juga naik, sehingga kami juga ikut menaikkan harga pakan ayam untuk para peternak ayam kelas gurem". Catatan Departemen Pertanian menyangkut kebutuhan kedelai kita per tahun, sekitar 2.000.000 ton per tahun, sedang produksi kedelai dalam negeri kita maksimum hanya 900 ton per tahun. Di Negara-negara sub tropis tingkat produktivitas panen kedelai per hektar bisa mencapai 4 ton, sementara petani kita hanya mampu menghasilkan panenan 1,3 ton per hektar, sehingga kran impor masih terus menganga. Sementara impor kedelai dari Amerika Serikat juga perlu diwaspadai, karena produk agro mereka menggunakan teknologi "Genetic Engineering" dengan manipulasi faktor basa Nitrogen di dalam rangkaian Asam Deoxyribo Nucleat beserta derivatnya, yang tidak lagi bersifat alamiah, belum lagi faktor kimiawi yang berperan sebagai pemompa proses pertumbuhan. Kalau kita jujur sebagai orang yang berpikir jernih, menentang hukum alam (sunatullah) telah dicatat peristiwanya oleh sejarah perdaban kehidupan, ternyata jauh lebih banyak kegagalannya dibanding manfaat yang bisa diperolehnya. Mendaruratkan diri dengan sengaja tentulah bukan suatu "kebijakan yang bijaksana" akan tetapi "kebijakan yang cuma bijak disini atau disitu" ("bijaksini dan bijaksitu") tergantung siapa yang mau disenangkan.
Masalah tempe bukan lagi sesederhana seperti di masa lalu, karena sudah menyangkut masalah harga di pasar internasional sehingga sudah menjadi komoditas global.
Saya jadi ingat soal hak patent tempe itu sendiri yang memang sudah didaftarkan oleh Jepang di Kantor Patent New York AS. Saatnya tiba kelak (mungkin sesuai kesepakatan di dalam WTO yang sudah kita ratifikasi), walaupun soal bahan baku kedelai suatu saat tersedia dengan melimpah, (jangan-jangan) saya juga tidak semudah dulu lagi makan tempe, karena harus membayar "fee" terlebih dahulu kepada pemegang patent tempe.
Sekarang, memang TEMPO-nya TEMPE untuk ikut berlaga mencari perhatian publik, atau memang sang tempe kembali dijadikan komoditas politik oleh sekelompok orang tertentu agar kiblat media tidak fokus disatu arah yaitu RSPP. He..he..saya tidak bermaksud mengingat-ingat ada tidaknya hubungan TEMPO dan TEMPE, karena enaknya tempe walaupun tanpa promosi wisata kuliner, TEMPO KAPAN SAJA TEMPE TETAP ENAK DIMAKAN DAN PERLU, jadi tempe tetaplah "uueenaaak tenaaan…dan ..mak nyuuus’ walaupun TEMPO-TEMPO harganya mahal seperti saat sekarang.
Lho kenapa tempe dan tahu yang jadi sasaran?, Apakah tidak dipikir panjang bahwa kelangkaan kedelai akan menyebabkan sekian banyak Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) bagi para kuli dan pekerja kelas bawah di pabrik/ home industri tempe dan tahu itu sendiri?. Tidak saja Bung Karno yang marah dengan semangat patriotisme bangsanya, sehingga berpesan "jangan jadi bangsa tempe", akan tetapi kita dulu juga marah, diledek sporter kesebelasan Singapor dengan kalimat "gara-gara terlalu banyak makan tempe sehingga kesebelasan PSSI "Garuda" yang dimotori Iswadi Idris dan kawan-kawan pulang ke tanah air, tidak membawa piala kejuaraan.
Inilah nasibnya tempe, sebagai makanan (yang dianggap) kecil dan sepele karena dikonsumsi oleh masyarakat bawah dan berimplikasi hanya pada rakyat miskin. Akan tetapi hendaklah selalu diingat bahwa masalah-masalah besar yang menimpa semua bangsa di dunia, berasal dari akumulasi masalah masalah (yang dianggap) sepele sebelumnya.
Buktinya para pekerja yang terkena dan terancam PHK serta para pengusaha gurem dari industri tempe sudah hilang kesabarannya dan berdemo di depan Istana Negara. Mereka yang berdemo adalah pemakan tempe, dan pasti rakyat kecil yang tidak atau belum mampu membeli lauk selain tempe (karena memang dulu harganya murah).
Mari kita bersama-sama waspada,…….karena Maslow telah mengingatkan kita, bahwa urusan perut bagi si miskin, memang nomor satu!.
Mudah-mudahan penerima amanah untuk urusan perdagangan tempe di negeri ini segera dapat mengakhiri krisis kedelai di tanah air, dan tidak sekedar mensosialisasikan pemberian bibit unggul kedelai sebanyak 8000 ton bagi petani penggarap di 30 provinsi, sehingga bisa memenuhi lahan palawija kedelai seluas hampir 200 hektar areal tanah pertanian, tapi setelah harga kedelai di pasaran tak lagi mampu dikendalikan. Dan kita menungu dan menunggu lagi petaka pangan (terigu, minyak goreng curah dan apalagi membabibuta harganya di pasaran), kemudian si miskin menjeriiit,....baru muncul "kebijakan". Dan muncul alasan klasik lagi, kenaikan harga pangan kita naik ini gara-gara harga pangan dari Amerika Serikat juga naik??.
Belum lagi fenomena yang terjadi dan kita semua tahu, akan tetapi ada yang pura-pura tidak tahu, ada yang lari agar tidak terseret untuk dinyatakan tahu, dan adapula yang memang tahu akan tetapi tidak mampu berbuat apapun untuk menindaklanjuti sesuai dengan kapasitasnya sebagai bagian dari bangsa merdeka!. Ibarat banjir sudah menghabiskan seluruh harta masyarakat yang tertimpa, baru kita sadari bahwa fungsi Polisi Kehutanan kita, memang mandul (tak terlindungi secara hukum secara memadai) karena saat menemukan area pembalakan besar-besaran di tengah hutan, mereka justru ketakutan.
"Statemen terbuka" dari pimpinan negara yang mengatakan pemberlakuan Bebas Bea Masuk Impor kedelai dari luar negeri, walaupun diragukan memiliki pengaruh terhadap penurunan harga kedelai dalam waktu dekat, hendaknya BENAR-BENAR DAPAT DILAKSANAKAN DI LAPANGAN, sehingga jangan sampai berdampak negatif pada KEBERSAMAAN yang sedang dibangun dan mulai menampakkan wujudnya.
"Sebaiknya" (kalau saya tidak diijinkan menggunakan kata "semestinya") para petani kedelai memperoleh jaminan, bahwa pada tiga atau empat bulan mendatang, saat musim panen kedelai secara nasional tiba, maka harga kedelai di pasaran dapat relatif stabil, sehingga petani gurem dapat menikmati hasilnya secara wajar.
Memang, sekarang TEMPO-nya TEMPE meminta perhatian.

Jakarta, pertengahan bulan Januari 2007
Darsana Setiawan,
e-mail darssetia@yahoo.co.id
Weblog : http://omson.blogspot.com/
atau http://edukasipress.wordpress.com/

CALON ASTRONOM

CALON ASTRONOM
ICHA cucu keduaku dari anak pertamaku Lia