Mengenai Saya

Foto saya
Informasi-Komunikasi dan Teknologi memfasilitasi kita untuk saling berbagi makna kehidupan. Pengelola dapat dihubungi melalui e-mail : darssetia@yahoo.co.id

Jumat, 22 Februari 2008

PIKIRAN ANAK SMA SEKARANG

Pagi ini di depan lap top, sambil makan tempe goreng dan minum teh (soalnya daging empal sapi lagi menghilang dari pasar tradisional) saya di minta membantu "mas Iman" anak ragil(anak bontot) untuk nge-print tugas sekolahnya. Sambil membetulkan posisi disk-drive, saya membuka file dari disket kecil yang diketik "mas Iman" semalaman, dan betapa terkejutnya saya membaca berbagai tulisan tentang kehidupan sosial kemasyarakatannya yang ternyata dituangkan mirip-mirip cara dan gaya saya menulis. Wah...ibarat biji tak mungkin jatuh jauh dari pohonnya, dan memang salah satu tulisannya yang akan saya angkat di blog ini bertemakan tentang "Pohon". Diakhir tulisan mas Iman, saya baru akan memberi komentar, dan nanti setelah sang anak bontot pulang sekolah akan saya berikan print-out komentar saya tadi. Selengkapnya tulisan mas Iman adalah sebagai berikut;
Sosialisasi Multimedia
Saat saya mengenal multimedia umur 9 tahun saya mengenal itu saat saya menonton tv dan ada berita tentang pembabatan pohon di sepanjang jalan raya antara Surabaya sampai Banyuwangi Jawa Timur, lalu saya berfikir buat apa sih pohon itu ditebang….. lalu saya binggung, kok dibiarin saja orang memotong pohon, malah seperti didukung. Nah pada saat saya berumur 12 tahun, saya baru tau kalo pembabatan liar terhadap pohon di hutan itu untuk di jual, dan mereka nggak mikir kalau selama ini terjadi banjir, antara lain karena tidak adanya pohon yang menahan air , hutannya pada gundul, sehingga sekarang banjir begini. Mengapa pak Polisi Kehutanan membiarkan mereka membalak hutan?, itu pemikiran saya pada umur saya yang ke 13.
Saya ingin ngebantu tapi saat itu tv hanya menyiarkan berita singkat , saat itu kan saya belum mengerti bagaimana menanggulanginya, kemudian saya di kasih tau oleh bapak saya begini; “penyebab banjir itu karena pohon yang di tebangi secara liar, dan dibiarkan bebas untuk merusaknya, baik yang di hutan Kalimantan maupun yang di Sumatera, bahkan yang di pulau Jawa”. Kalau ada yang diadili sebagai pembalak liar, malah bebas, dan melarikan diri ke luar negeri, agar dapat menikmati uang penjualan kayunya. Dan masyarakat kita yang ditinggalkan kebanjiran, merana, sengsara, hidup nestapa. Sekarang sedang digalakkan penanaman berjuta pohon, seluruh masyarakat diajak menanam pohon, dan hal itu adalah sesuatu yang baik. Tapi saya bertanya lagi, nanti kalau sudah pohonnya besar, lalu di potong secara liar lagi bagaimana, kan banjir lagi. Guru di sekolah selalu menasehati, kalau ada masalah selesaikan dari yang kecil-kecil dulu, mulai dari dirimu sendiri dulu, dan lakukanlah saat ini juga. Jadi mestinya masalah pembalakan hutannya diselesaikan sekarang juga, baru kita menghijaukan lagi dengan menanam pohon. Sejak saat ini pun saya tidak ingin memotong pohon, karena kalau bukan kita yang menjaganya, lalu siapa lagi, padahal saya nggak kepingin jadi Polisi Kehutanan, habis galakkan yang membalak hutannya sih, apa karena “bos pembalak” banyakkan uangnya kali ya?.

Komentar Saya:
Anak kelas 10(SMA kelas I), mengungkapkan kegundahan hatinya terhadap tatapan masa depannya, yang tidak begitu menggembirakan karena terusiknya "rasa keadilan" dalam bathinnya. Kepolosan pikirannya mengungkap betapa tidak adilnya pemburuan penjahat kelas kakap yang menghancurkan bangsa dan negara terlihat di depan matanya dengan menyebut :Kok pembalak hutan bisa bebas dari hukuman, dan bisa melarikan diri dengan melenggang ke Luar Negeri untuk menikmati hasil balakannya dengan besaran jutaaan US dollar (karena kalau di kurs rupiah uang tersebut akan kehabisan seri nomornya, alias rupiah tak ber-seri). Mengapa penjahat yang dinyatakan sebagai teroris dengan mudah dapat ditangkap dan diobrak abrik sindikasinya? (apa karena mereka miskin, sehingga dana transfer dari sumbangan yang dihimpun mudah dilacak?. Mengapa kartel narkoba di tanah air bisa diungkap oleh BNN, padahal duit penjualan barang terlarang tersebut tidak kalah gedenya dengan uang balakkan pohon yang menggunduli bagian tengah hutan di pulau Kalimantan dan Sumatera?.Kasus pembalakkan hutan ini memang penuh dengan "misteri", kalau tidak mau disebut dengan SANGAT MISTERIUS TAPI MENGGELIKAN". Kayu glondong balakkan yang sedang ditarik oleh truck tronton keluar dari hutan, saat ditangkap oleh sejumlah petugas keamanan, ee...ee...malah petugasnya lari tunggang langgang karena dikeroyok seluruh masyarakat kampung di sekitar kejadian....(ha? fenomena apa yang sedang terjadi sekarang ini?).Dapat dipastikan bahwa banjirnya kota-kota di sepanjang tepi utara perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur saat ini, disebabkan oleh gundulnya hutan pohon Jati milik "kehutanan", dan itu terjadi didepan mata kita semua. Di sisi lain, anak bontot saya "mas Iman" juga bingung, mengapa kita diajak rame-rame menanam berjuta pohon, sementara masalah penebangan liar terhadap pohon serta pembalaknya tidak diprioritaskan untuk segera diselesaikan.Saya memahami pikiran anak muda saya ini, karena dia pernah memperoleh pembelajaran dari ngajinya seperti yang difirmankan Allah SWT di dalam surah Al Baqoroh yang saya kutib sebagian ini; "pagi hari seseorang menenun benang sampai menjadi selembar kain, dan pada malam harinya benang itu dilepasnya satu per satu dari tenunan kain, sehingga menjadi uraian benang panjang lagi". Itu peringatan Tuhan kepada hambaNya yang mau diperingati, bagi yang tidak mau diperingatkan Tuhan, ya silahkan "lakum dinukum waliadi" saja.Jangan sampai kepleset, bahwa mas Iman dan bapaknya (saya) sangat setuju dengan "reboisasi" melalui penanaman berjuta pohon, namun saya lebih setuju kalau pembalak hutannya SERIUS DAPAT DI TANGKAP, sekali lagi SERIUS DAPAT DITANGKAP dan dihormati hak-haknya di depan pengadilan untuk melakukan pembenaran terhadap kejatahannya?.Mudah-mudahan sekarang tidak bingung lagi, atau malah jadi bingung....
Wallahu alam bissawab.

Tidak ada komentar:

CALON ASTRONOM

CALON ASTRONOM
ICHA cucu keduaku dari anak pertamaku Lia