Mengenai Saya

Foto saya
Informasi-Komunikasi dan Teknologi memfasilitasi kita untuk saling berbagi makna kehidupan. Pengelola dapat dihubungi melalui e-mail : darssetia@yahoo.co.id

Selasa, 25 Desember 2007

CERDAS DI KELAS SUKSES DI MASYARAKAT


Seringkali kita bingung dengan realita adanya orang yang kelihatan tidak cerdas (biasa-biasa saja saat belajar di sekolah) tapi ternyata kemudian hidupnya justru sukses, bahkan lebih sukses dari teman-teman sekelas (maupun satu sekolahnya) yang lebih cerdas, dan sebaliknya.
Berikut disampaikan sebuah nukilan tulisan tentang SUKSES dan CERDAS, untuk lebih memahami permasalahannya.Paling tidak ada dua alasan mengapa kebingungan seperti di atas terjadi.

Pertama, kecerdasan memang bukan satu-satunya unsur yang menjamin seseorang itu sukses.
John Wareham (1992), mengatakan ada sepuluh unsur pokok untuk menjadikan seorang eksekutif sukses yaitu:(1) kemampuan menampilkan "persona" (topeng) diri yang tepat, (2) kemampuan mengelola energi diri yang baik, (3) kejelasan dan kesehatan sistem nilai pribadi dan kontrak-kontrak batin, (4) kejelasan sasaran-sasaran hidup yang tersurat maupun yang tersirat, (5) kecerdasan yang memadai (dalam arti penalaran), (6) adanya kebiasaaan kerja yang baik, (7) keterampilan antarmanusia yang baik, (8) kemampuan adaptasi dan kedewasaan emosional, (9) pola kepribadian yang tepat dengan tuntutan pekerjaan, dan (10) kesesuaian tahap dan arah kehidupan dengan espektasi gaya hidup.
Dale Carnegie (1889-1955), tidak menyebutkan secara tertulis bahwa kecerdasan merupakan elemen pendukung keberhasilan seseorang. Menurutnya,ada sepuluh kualitas yang dibutuhkan seseorang untuk sukses, yaitu:(1) rasa percaya diri yang berlandaskan konsep diri yang sehat, (2) keterampilan berkomunikasi yang baik, (3) keterampilan antarmanusia yang baik, (4) kemampuan memimpin diri sendiri dan orang lain, (5) sikap positif terhadap orang, kerja, dan diri sendiri, (6) keterampilan menjual ide dan gagasan, (7) kemampuan mengingat yang baik, (8) kemampuan mengatasi masalah, stres, dan kekuatiran, (9) antusiasme yang menyala-nyala, dan (10) wawasan hidup yang luas.Sekarang menjadi lebih jelas bahwa kecerdasan, ( yang biasanya diukur dengan skala IQ), memang bukan elemen tunggal atau satu-satunya jalan menuju sukses.
Kedua: Seringkali kecerdasan diartikan secara sempit, yaitu hanya berkaitan dengan daya ingat, logika, atau penalaran.
Dr. John Elliot, seorang profesor pendidikan pada jurusan pengembangan (kecerdasan) manusia dari Maryland University, dalam seminar pada bulan April 1993 di Jakarta, membahas adanya tujuh macam kecerdasan yaitu: 1. Kecerdasan Fisikal: Kecerdasan ini tampil dalam bentuk kinerja (performance) fisik manusia, seperti pada diri atlet umpamanya. Mereka yang unggul dalam kecerdasan fisikal ini mampu mendayagunakan fisik mereka pada taraf yang mengherankan pada orang-orang biasa. Olahragawan, pelukis, pengukir, penulis indah, pemain sirkus, dan penari adalah kelompok-kelompok manusia yang cerdas fisiknya. 2. Kecerdasan Ruang-Waktu: Kecerdasan ini membuat seseorang selalu sadar akan posisi relatifnya dalam koordinat ruang-waktu. Orang yang tidak cerdas ruang, tetap bingung akan jalan-jalan di Jakarta, walaupun sudah puluhan tahun tinggal di Jakarta. Orang yang tersesat, yakni orang yang mengalami disorientasi ruang, termasuk pula pada golongan tak cerdas ruang. Sebaliknya pilot, nakhoda, penyelam, penjelajah alam, pemain bulu tangkis, adalah orang-orang yang memiliki kecerdasan ruang yang tinggi. Demikian juga arsitek, insinyur, ahli geometri, fisikawan dan sejarawan. 3. Kecerdasan Penalaran: Inilah kecerdasan yang secara umum dikenal luas sebagai kecerdasan. Orang ini mampu memahami relasi antarbagian dalam realitas yang disadarinya dan karena itu ia produktif membuat kesimpulan-kesimpulan. Kecerdasan macam ini juga termasuk kemampuan berpikir logis dan matematis.
4. Kecerdasan Verbal: Anak kecil yang sudah pandai berceloteh dan memiliki vocabulary yang mengherankan pastilah cerdas secara verbal. Orang-orang yang cari makan denganmengandalkan kepiawaian mulutnya, seperti guru, pengacara, instruktur, orator, master of ceremony, penyiar radio, komentator olahraga, termasuk penulis, reporter, dan penyiar adalah golongan orang-orang cerdas verbal. Orang-orang ini mampu mengekspresikan diri, pikiran, dan perasaannya lewat rangkaian kata-kata. 5. Kecerdasan Sosial: Orang yang cerdas secara sosial seolah-olah mampu membaca orang dengan akurat. Dan bisa mengetahui persis apa isi hati, suasana hati, dan keinginan orang lain. Karena itu, ia dapat dengan mudah menyesuaikan diri, mengambil hati, mempengaruhi, dan termasuk memimpin orang lain. Konflik antarpribadi, pertengkaran, ketakharmonisan hubungan, dan semacamnya, banyak berpangkal pada ketakcerdasan sosial yang bersangkutan. 6. Kecerdasan Musikal: Kecerdasan ini membuat seseorang mampu memahami, menghayati, dan mengekspresikan nada, irama, dan suara dalam bentuk musikal yang estetik. Musikus dalam segala bentuknya, termasuk seniman pada umumnya, tentulah termasuk kaum cerdas musikal. 7. Kecerdasan Etis-Spiritual: Orang cerdas di bidang ini mampu mengerti hal ikhwal spiritual. Tidak saja dalam pengertian bahwa ia memahami dunia spiritual, tapi lebih pada kemampuannya menampilkan sikap dan praktik hidup yang harmonis dengan nilai-nilai fundamental yang secara tajam diketahuinya. Hati nuraninya bening, suara batinnya tajam, dan mata hatinya awas dalam membedakan apa yang baik dari yang tidak baik, dan membedakan apa yang baik, yang terbaik, dan yang sempurna. Orang yang unggul di bidang ini pada akhirnya menampilkan diri sebagai pribadi yang bijak bestari, penuh hikmat, agung, dan berwibawa.Menurut Prof. Elliot, semua manusia memiliki ketujuh macam kecerdasan ini dengan kombinasi kualitas yang berbedauntuk setiap orangnya. Dengan demikian mudah dipahami adanya kenyataan yang kita lihat seperti orang yang lemah di Ilmu Pasti (Stereometri, Goneometri) tapi memiliki kecerdasan musikal yang tinggi, dosen jenius di jurusan matematika ternyata banyak juga yang agagal dalam menhantarkan mahsiswanya, karena lemah dalam human aproach dan lemah pula metodologinya.Namun ada pula orang yang multi cerdas: pintar bergaul, jenius fisika,kimia,biologi,matematika, piawai main biola, luhur budi pekerti, olahragawan sukses, serta canggih pula dalam mengajar.
Teman sekolah saya di SMP seorang perempuan, juara kelas dengan nilai mata pelajaran tertinggi, sekaligus olahragawan Volly yang sukses, supel, ramah, santun, banyak teman dan anak orang berada pula. Namun kehidupan ke depannya terdengar belum sukses dalam berumah tangga.
Albert Einstein, konon termasuk contoh dalam kategori orang yang sukses hampir disemua unsur kecedasan.
Dapat disimpulkan bahwa kecerdasan merupakan suatu elemen kunci untuk keberhasilan seseorang, karena dengan potensi kecerdasan tersebut, dirinya memiliki kompetensi untuk mengenal strategi dan teritori permainan diri kita sendiri, mitra tanding kita, aturan permainan dari karir kita, serta jebakan-jebakan kompetisi dengan rival kita.
Oleh karenanya untuk sukses tetaplah diperlukan kecerdasan dalam pengaturan strategi permainan yang membawa kita kepada kemenangan akhir meraih ”goal” yang dicita-citakan.
Namun hendaknya perlu diingat, kecerdasan bukanlah segala-segalanya. Masih ada hal-hal lain yang bukan termasuk kategori kecerdasan pada daftar dari Wareham dan Carnegie seperti yang diuraikan di atas.
Jadi kalau kita sekarang mengevaluasi kecerdasan dan kesuksessan teman sekelas kita, maka mualilah kita sadari bahwa kecerdasan intelektual saja tidak cukup untuk meraih sukses. Darsana Setiawan, (1999), mengungkapkan ciri orang sukses ditandai dengan tingginya tingkat Spriritual Quation-nya(SQ), dan hal ini sekaligus merupakan puncak piramida, sebagai gambaran sukses seseorang. Namun bagaimanapun juga, puncak piramida tersebut hanya dapat terwujud manakala ditopang oleh empat tiang penyangga yaitu:
1. Intelektual Quation (IQ),
2. Emotional Quation (EQ)-nya Daniel Goleman
3. Adversity Quation (AQ)
4. Creativity Quation (CQ).

Social Quation yang sering kita dengar, sebenarnya merupakan defraksi dari tiga elemen pendukung puncak piramida tersebut. Tanpa Daya juang yang gigih, tanpa kreativitas dalam pengaturan strategi meraih sukses, seseorang tidak akan sukses hanya dengan kecerdasan intelektual dan emosionalnya saja.
Silahkan mendeskripsi isi pikiran anda tentang keberadaan anda saat di sekolah dulu, dengan teman alumni satu sekolah yang telah sukses di kehidupan nyata saat ini. Namun ada yang jauh lebih penting dari itu semua yaitu ; sukses sebenarnya juga suatu anugerah dari Tuhan.

Mudah-mudahan anda termasuk hamba Tuhan yang pandai mensyukuri nikmat, karena banyaknya nikmat Tuhan yang telah anda terima sampai saat ini. Amien
.


source : Jansen H Sinamo, Daniel Goleman, D Chopra, Soedarsono S.Darsana Setiawan

Tidak ada komentar:

CALON ASTRONOM

CALON ASTRONOM
ICHA cucu keduaku dari anak pertamaku Lia