Mengenai Saya

Foto saya
Informasi-Komunikasi dan Teknologi memfasilitasi kita untuk saling berbagi makna kehidupan. Pengelola dapat dihubungi melalui e-mail : darssetia@yahoo.co.id

Kamis, 31 Januari 2008

KESANTUNAN BERPOLITIK

Kalau saja ada orang yang percaya dengan pikiran saya tentang figur yang layak diteladani berakhlak mulia dalam kisaran peristiwa “pra” dan “paska” wafatnya Pak Harto, maka saya akan menunjuk Pak AM Fatwa (Wakil Ketua MPR RI).

Selain sifat gentlemen yang ditampilkan layak diteladani, memang hamba Allah yang satu ini berpolitik tidak sekedar dengan akal sehat, akan tetapi juga dengan hati nurani atau qolbu yang juga sehat. Betapa tidak, seorang pelakon politik yang pernah dijebloskan di dalam penjara, saat setelah “bebas”dan keluar dari penjara, malah datang bersilaturachim ke rumah mantan penguasa yang menjebloskannya ke dalam penjara, di Cendana. Dan malah menjalin hubungan humanism antar keduanya (Pak Harto beserta keluarga Cendana dan Pak AM Fatwa) menurut pengakuan beliau berjalan baik-baik saja, seolah tak pernah terjadi pertentangan politik yang pernah berakhir sampai di dalam bui. Ternyata keduanya bersedia "islah" dengan "ikhlas"!. Bahkan pak AM Fatwa bicara lugas, (insyaAllah jujur dan saya meyakininya) dengan nada datar mengatakan bahwa beliau sempat menjenguk pak Harto saat sakit di RSPP menjelang wafatnya, dan sempat pula mencium kening pak Harto, (tentunya dengan penuh penghormatan dan kecintaan). Dalam hati, saya berkata "Ya Tuhan mudah-mudahan dugaan berprasangka baik terhadap seorang hamba Allah yang hanya berdasar perasaan serta naluri kemanusiaan saya ini tidak salah", walaupun kalau diukur oleh berbagai lembaga poling PILKADA yang ada di santero tanah air, tentu dan pasti akan ditolak, karena masalah taraf significansi-nya berdasar kuantifikasi statistical, ataupun malah saya dianggap orang yang nggak jelas juntrugannya.
MasyaAllah, mulia benar akhlak orang satu ini, semakin disakiti justru semakin pula dia mendekati.
Walau dalam pembicaraan di layar kaca, beliau meng “cover” hubungannya dengan Cendana tersebut, dilandasi oleh adanya pemikiran bahwa “perbedaan pandangan politik seseorang, tidak lantas melahirkan permusuhan dalam hubungan kemanusiaannya”.
Kehadiran Pak AM Fatwa di Astana Giribangun saat pemakaman salah satu putra bangsa terbaik (Pak Harto) menghadap Sang Chalik, untuk menjalani fase kehidupan ketiga di alam kubur, serta penantian panjang ke alam akherat, setelah fase kehidupan di alam rahim dan alam dunia, mencerminkan keteguhan hati seorang hamba Tuhan yang sudah “mapan” dalam memposisikan kejiwaannya yang lebih “mencintai Tuhan dibanding segalanya”. Dan jiwa politisi seperti inilah yang kita cari untuk dijadikan sebagai teladan bagi anak cucu kita ke depan. Terlepas dari ketidaktahuan saya tentang kejadian masa depan yang ada digenggaman Allah, saya berdoa “semoga Tuhan menjaga serta melindungi pak AM Fatwa dari perubahan sikap yang jauh dari kesantunan sosial, serta beristiqomah mengikuti contoh penuntunnya yaitu Muhammad Rosulullah SAW”.
Politik ternyata bisa dijalankan tidak dengan jiwa dan qolbu yang kotor, akan tetapi tergantung niat pelakunya serta bimbingan yang pernah diterima maupun sikap bawaan yang melekat dalam diri seseorang.
Berbahagialah orang tua dari hamba Allah yang sholeh/sholechah, atas karunia sodaqoh jariah yang dijanjikan Allah SWT, karena menurut pemahaman “genetic” setiap perbuatan seseorang memang tidak dapat terlepas sepenuhnya dari siapa sejatinya bapak atau ibunya serta besarnya pengaruh lingkungan terhadap perkembangan jiwa anak bersangkutan.

Nampaknya Tuhan masih menyayangi kita dengan memberikan "figur politisi yang tersisa", namun memiliki keunggulan komparatif dalam akhlak mulia. Itulah yang sebenarnya menjadi bahan pembelajaran bagi kita bersama.
Tanpa keinginan sekecil apapun untuk menyamakan dan atau mempersandingkan kedua hamba Allah yang saya tulis di atas, saya menyampaikan "Salam dan rasa hormat" untuk dua anak bangsa yang berakhlak mulia Pak Harto dan Pak AM Fatwa.
Terima kasih pak AM Fatwa, mohon maaf kalau tulisan saya ada yang salah, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah semata, dan semoga Allah Swt senantiasa merahmati bapak, amien.

Cijantoeng Jakarta Timur, akhir bulan Januari 2008.
darsana setiawan.

Tidak ada komentar:

CALON ASTRONOM

CALON ASTRONOM
ICHA cucu keduaku dari anak pertamaku Lia